Tanam Jagung Sistem Methuk, Manfaatkan Potensi Lahan Untuk Raup Keuntungan Lebih
Tanam Jagung Sistem Methuk, Manfaatkan Potensi Lahan Untuk Raup Keuntungan Lebih
Pilarpertanian - “Methuk” berasal dari kata “pethuk” dalam bahasa Jawa bermakna bertemu, dalam bentuk aktif “methuk” bermakna “menjemput”. Di pertanian ada istilah Kedelai Methuk Jagung yaitu dengan menanam kedelai ketika jagung berumur 80-90 hari. Sehingga ketika jagung panen, kedelai sudah berumur sekitar satu bulan. Sekitar 45 hari berikutnya kedelai dapat dipanen. Setelah itu jagung kedua dapat ditanam. Dengan cara tanam sistem ini, yang awalnya petani hanya dapat membudidayakan jagung 2 kali di MT-1 dan MT-2, petani dapat menanam kedelai di sela-selanya.
Teknik budi daya dalam pemangkasan tunas jagung (mucuki) dilakukan setelah kedelai berumur 5-7 hari. Hal ini bertujuan untuk melindungi benih kedelai yang ditanam dari terpaan hujan dan gangguan lainnya. Contoh lain, Jagung Methuk Jagung adalah dengan menanam jagung ke 2 ketika jagung berumur 80-90 hari atau satu bulan sebelum panen sudah ditanam benih jagung susulan berikutnya.
Menurut Sunanto, Kepala Dinas Pertanian Grobogan dalam acara Webinar ProPaktani Episode ke-80 yang diselenggarakan langsung melalui Youtube Propaktani TV hari Selasa (31/8) mengatakan bahwa manfaat Sistem Methuk antara lain dapat meningkatkan kesuburan tanah, dapat meningkatkan pendapatan petani, dapat menghemat pupuk pada kedelai methuk jagung dan meningkatkan produksi jagung.
“Banyak manfaat yang kita peroleh dengan sistem methuk ini. Itulah kenapa kita coba kenalkan ke petani-petani disini,” ujar Sunanto.
Teknik budi daya yang baru dilakukan dengan melakukan berbagai inovasi. Inovasi teknologi jagung jika mau berhasil kunci utamanya adalah varietas dalam pemilihannya, kemudian bagaimana benih sumber yang digunakan dan bagaimana teknologi yang efisien dan spesifik lokasi, kemudian bagaimana kegiatan panen dan pascapanennya. Hal ini disampaikan oleh Kepala Balai Penelitian Serealia Maros, Muh. Azrai yang juga menjadi narasumber kegiatan tersebut.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan bahwa jangan hanya terpaku pada proses budi daya reguler tentang jagung. “Lakukan inovasi-inovasi yang sudah berkembang di masyarakat sebagai contoh untuk direplikasi di daerah lain, kalau sudah ditiru tolong buat inovasi yang lain juga sehingga lebih produktivitas tinggi,” ujarnya.
Bahkan, aspek hilirisasi yang semula didominasi untuk industri pakan, sekarang sudah masuk ke industri makanan minuman. “Kita sudah mulai produk makanan minuman rendah aflatoksin. Jagung tidak hanya bijinya saja yang digunakan untuk pakan ternak unggas, tapi juga dimanfaatkan batang daunnya untuk pakan ternak sapi,” tambah Suwandi.
Suwandi menegaskan tanam jagung harus dipikirkan prospek bisnisnya. Sesuai yang selalu disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Bahwa jika menanam jagung harus dihitung keuntungannya. Harus ada dihitung hasilnya berapa. Setelah itu hitung apa yang harus dilakukan.
“Tanam jagung sistem methuk ini jangan hanya semata-mata satu komoditas saja yang dikembangkan. Apabila integrasikan jagung dengan kedelai atau tanaman lainnya maka ada manfaat lainnya menambah pendapatan dan kesuburan tanah.(ND)