Tingkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian, Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh
Tingkatkan Nilai Tambah Produk Pertanian, Kementan Latih Jutaan Petani dan Penyuluh
Pilarpertanian - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) kembali menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) volume delapan dengan tema “Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Pertanian Mengantisipasi El Nino.”
Melalui pelatihan ini diharapkan peningkatan nilai tambah komoditas pertanian semakin besar. Widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian dapat mengajarkan dan mendampingi petani dalam menghasilkan nilai tambah komoditas pertanian yang dihasilkan.
Menteri Pertanian (Mentan), Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) selalu berupaya untuk melakukan hilirisasi.
“Hilirisasi menjadi kunci dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing berbagai komoditas pertanian,” kata SYL, sapaan Mentan Syahrul.
Dia berujar bahwa hilirisasi di sektor pertanian tidak hanya terbatas pada komoditas perkebunan, seperti sawit. Melainkan juga pada komoditas lain, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun peternakan.
Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan agar komoditas pertanian di Indonesia dapat bersaing adalah dengan melakukan peningkatan nilai tambah produk pertanian.
“Pengertian nilai tambah di sini adalah suatu komoditas yang bertambah nilainya karena melalui proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi,” jelas Dedi saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Kamis (14/9).
Menurut Dedi, peningkatan nilai tambah komoditas pertanian selain dapat mempertahankan dan menambah kualitas hasil pertanian juga dapat menambah nilai ekonomisnya.
“Nilai tambah sektor pertanian memberikan pengaruh yang berarti pada penyerapan tenaga kerja dan sekaligus perkembangan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan nilai tambah pada penyediaan input produksi diantaranya dengan pemanfaatan bibit unggul, serta bahan nutrisi dan pengendali hama penyakit alami,” tutur dia.
Di samping itu, nilai tambah juga mampu menekan biaya produksi dan menambah nilai dari kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.
“Nilai tambah pada kegiatan produksi dapat dilakukan dengan penggunaan sistem produksi hasil tinggi atau terstandar, yang menjamin kuantitas, kualitas dan keamanan pangan,” kata dia.
“Peningkatan nilai tambah panenan dapat diperoleh dari kegiatan pascapanen, mulai dari sortasi dan grading, pengemasan, hingga pengolahan hasil untuk mendapatkan masa simpan yang lebih lama atau tekstur, penampilan dan rasa yang lebih dapat diterima pasar yang lebih luas,” imbuh dia.
Sebagai informasi, PSPP Vol. 8 akan dilaksanakan selama tiga hari, tanggal 19 – 21 September 2023 yang dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara dan secara online serentak di UPT Pelatihan Pertanian ataupun lokasi lainnya.
Peserta pelatihan ditargetkan sebanyak 1.800.000 orang yang terdiri dari petani, penyuluh dan insan pertanian lainnya di seluruh Indonesia. Di antaranya sebanyak 60 orang mengikuti secara tatap muka di BBPKH Cinagara.
Narasumber pelatihan ini antara lain Badan PPSDMP, BSIP, Akademisi, Widyaiswara, Penyuluh Pertanian, praktisi, serta pejabat pada instansi yang terkait dengan peningkatan nilai tambah pertanian.
Adapun materi meliputi kebijakan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, hilirisasi produk pertanian terstandar menuju kemandirian pangan, pengawetan bahan pakan ternak.
Penanganan hasil pertanian berbasis GHP pada situasi El Nino, perhitungan nilai tambah produk pertanian, penanganan limbah ternak, penerapan smart digital marketing dan rencana implementasi.(ES/PW)