Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

27 August 2023

Upaya Adaptasi Petani Grobogan Menghadapi Kekeringan

Upaya Adaptasi Petani Grobogan Menghadapi Kekeringan
Pembuatan Kolam Penampungan Mini dari Terpal oleh Kelompok Tani Mangesti Rahayu V sebagai Antisipasi Dampak El Nino di Grobogan, Jawa Tengah.
27 August 2023

Upaya Adaptasi Petani Grobogan Menghadapi Kekeringan

Pilarpertanian - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis peluang terjadinya fenomena El Nino pada tahun 2023 sebesar 80% dengan level lemah hingga moderat. Fenomena El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan yang parah untuk wilayah Indonesia dan berdampak pada sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan. Hal tersebut berpotensi menurunkan produksi tanaman pangan, sehingga perlu upaya adaptasi untuk meminimalisir kehilangan hasil pada produksi tanaman pangan. Kabupaten Grobogan sebagai salah satu sentra produksi pangan terutama kedelai, telah melakukan upaya adaptasi menghadapi musim kemarau yang terjadi setiap tahunnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Grobogan, Christina Setyaningsih menyatakan bahwa pertanaman padi dilakukan sekali dalam setahun, selanjutnya pertanaman palawija khususnya jagung dan kedelai. Hal ini dikarenakan curah hujan di wilayah tersebut relatif sedikit sehingga petani memilih tanaman palawija yang tidak terlalu memerlukan banyak air. “Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi kedelai di Jawa Tengah dengan produktivitas mencapai 2-2.5 ton/ha”, jelas Christina.

Curah hujan di Kabupaten Grobogan yang relatif sedikit dan terkadang sumber air yang mengalami kekeringan tidak menyurutkan semangat petani untuk melakukan budidaya pertanian di lahannya. Menurut Ketua Kelompok Tani Mangesti Rahayu V, Pujiyanto, upaya adaptasi untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanaman dengan membuat kolam penampungan dari terpal serupa embung mini dengan sumber air yang dibeli dari tangki penjualan air. “Kolam penampungan air mampu menampung air dengan kapasitas + 4.000 liter yang dibeli seharga Rp. 100.000,- dan bisa digunakan untuk menyirami tanaman palawija seluas 0,5 hektar,” terang Pujiyanto.

Koordinator POPT Kabupaten Grobogan, Sudibyo menjelaskan bahwa pembuatan kolam penampung air ini sudah dilakukan sejak lama sebagai salah satu upaya mengatasi kebutuhan air di musim kemarau agar kebutuhan air pada tanaman terpenuhi. “Meskipun air diperoleh dengan membeli, tetapi petani masih memperoleh keuntungan dari hasil usahatani tersebut”, ujar Sudibyo.

Dihubungi secara terpisah, Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Yudi Sastro menyampaikan bahwa salah satu strategi budidaya tanaman di musim kemarau melalui upaya adaptasi yaitu dengan penyesuaian pola tanam (memilih komoditas pangan lokal, benih adaptif dan berumur genjah), strategi budidaya hemat air dan konservasi air seperti pembuatan kolam penampung air. “Upaya adaptasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing wilayah”, tandas Yudi.

Lebih lanjut, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan bahwa dalam melakukan antisipasi kekeringan yang terjadi pada musim kemarau dan dampak El Nino tahun 2023 ini juga harus dilakukan percepatan tanam guna mengejar sisa hujan. “Budidaya tumpangsari dapat dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan indeks pertanaman pada saat terjadinya El Nino”, pungkas Suwandi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan bahwa dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan pada Musim Kemarau (MK) 2023 yang disertai fenomena El Nino ini, perlu dilakukan berbagai upaya. “Sebagai langkah awal dalam menghadapi El Nino masing-masing provinsi diharapkan dapat melakukan upaya antisipasi dan adaptasi menghadapi kemungkinan terjadinya kekeringan ekstrem”, tegas Syahrul Yasin Limpo. (Kontributor: Dr. Andriarti Kusumawardani, SP., MP). (PW)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *