Penyuluh Sosialisasi Teknologi Pertanian di Sekolah Lapang
Penyuluh Sosialisasi Teknologi Pertanian di Sekolah Lapang
Pilarpertanian - Sekolah Lapang (SL) tetap menjadi andalan bagi penyuluh pertanian menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian kepada petani. SL diharapkan dapat menyiapkan petani tangguh yang mampu menghadapi dinamika saat ini maupun tantangan masa depan.
SL digelar oleh Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) bersama Kementerian Pertanian RI (Kementan). IPDMIP merupakan program di bidang irigasi, bertujuan mencapai keberlanjutan sistem irigasi yang menjadi kewenangan pemerintah pusat hingga provinsi dan kabupaten/kota.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menyambut baik kegiatan SL oleh IPDMIP yang disusun mengacu siklus musim penghujan dan musim kemarau.
“Pemerintah khususnya Kementan menyambut baik metode SL dari IPDMIP adalah identifikasi masalah dan kendala yang dihadapi para petani dalam pengelolaan usaha tani,” kata Dedi Nursyamsi seperti dilansir Pusat Penyuluhan Pertanian BPPSDMP (Pusluhtan).
Menurutnya, penetapan materi pembelajaran SL secara partisipatif antara pemandu dan petani penerima manfaat proyek. Cakupan materinya relevan dalam satu siklus budi daya padi, mulai persiapan tanam hingga pasca panen, termasuk aspek teknis pembiayaan pengelolaan air dan pasca panen.
Hal itu sebiduk sehaluan dengan instruksi dan arahan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo bahwa SL dari IPDMIP akan mendorong petani menjadi lebih mandiri, karena tujuan utamanya membangun kemandirian petani dalam pengelolaan proses pembelajaran dari, oleh dan untuk petani.
“SL IPDMIP akan memberikan banyak pengetahuan untuk petani. Ambil dan serap pengetahuan tersebut dan terapkan di lapangan, sehingga produksi pertanian bisa berjalan maksimal,” kata Mentan Syahrul.
Mentan menambahkan, kita ingin ketahanan pangan semakin meningkat, sehingga Indonesia bisa mandiri pangan. Pendapatan masyarakat pedesaan di Indonesia bisa turut meningkat.
Sebagaimana diketahui wilayah kerja IPDMIP 2020 pada 27 kabupaten di 11 provinsi adalah Aceh Timur, Bireun [Aceh]; Asahan [Sumut]; Pasaman, Pasaman Barat, Sijunjung [Sumbar]; Empat Lawang, Musi Rawas [Sumsel]; Mesuji, Pesawaran [Lampung]; Pandeglang, Sukabumi, Garut, Kuningan [Jabar]; Purworejo, Banjarnegara, Banyumas[Jateng]; Ngawi, Tuban, Lumajang [Jatim}; Kayong Utara, Tapin, Tanah Bumbu [Kalsel]; Sidenreng Rappang, Wajo [Sulsel]; Bima [NTB] dan Manggarai Barat [NTT].
Kepala Pusluhtan, Leli Nuryati menambahkan pemberdayaan petani melalui penguatan kemampuan penyuluh agar rekomendasi inovasi teknologi dapat diterapkan, khususnya untuk tanaman padi dan komoditas bernilai ekonomis di daerah irigasi terus diupayakan Kementan, khususnya oleh BPPSDMP.
“Dalam pelaksanaannya, IPDMIP memberdayakan SDM pertanian, pemenuhan sarana dan infrastruktur irigasi didukung konsultan. Tujuannya, membantu eksekusi kegiatan juga mendukung peningkatan produktivitas, pencapaian ketahanan pangan dan tentunya kesejahteraan petani,” kata Leli Nuryati.
Kabid Penyelenggaraan Penyuluhan – Pusluhtan, Joko Samiyono mengatakan bahwa SL dari IPDMIP telah dirasakan petani manfaatnya seperti menanam padi dengan sistem pertanaman Jajar Legowo 4:1 (Jarwo) yang dilakukan petani di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, baru-baru ini.
“Petani Simalungun pun paham tentang Jarwo 4:1 yang direkomendasi Badan Litbang Kementan tentang jarak tanam agar lahan mampu menampung populasi tanaman lebih banyak, dan tanaman pinggir lebih banyak pula,” kata Joko Samiyono. (LA)