Mentan Launching 3 Vaksin Hewan Pada Acara Puncak Hari Rabies Sedunia
Mentan Launching 3 Vaksin Hewan Pada Acara Puncak Hari Rabies Sedunia
Pilarpertanian - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menghadiri puncak hari rabies sedunia (world rabies day) yang digelar di Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya, Jumat, 8 Oktober 2021. Dalam kesempatan ini, SYL mencanangkan Indonesia mampu bebas rabies pada tahun 2030 mendatang.
Menurut Mentan, 3 vaksin yang dilepas hari ini merupakan hasil dari penelitian jajaran Kementan. Ketiganya adalah vaksin Neo Rabivet yang sudah terintegrasi, terverifikasi dan memenuhi persyaratan CPOHB. Kedua adalah vaksin Afluvet HiLow yang merupakan vaksin kombinasi antara H5N1 dan H9N2. Dan terakhir adalah serum Scovet ASF yang merupakan produk biologis berupa serum konvalescen African Swine Fever dari babi yang sembuh dari penyakit ASF.
“Ketiga produk hasil penelitian dan pengembangan Kementan tersebut sangat penting, mengingat Indonesia adalah negara pengekspor babi terbesar yang cukup diperhitungkan. Apalagi virus adalah lawan yang tidak kelihatan dan bisa masuk ke semua sektor,” katanya.
Mentan menilai ketiga produk yang dikeluarkan Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) Surabaya ini sangat membanggakan, mengingat produk ini hasil karya pegawai Kementan, dan terutama produk serum ASF yang berdasar penelitian mampu meningkatkan kekebalan virus demam babi afrika hingga 52%. Produk ini menjadi solusi saat ini mengingat vaksin demam babi afrika belum ada di dunia.
Terkait penyakit rabies Mentan mengatakan penyakit ini masalah kesehatan besar yang harus ditangani bersama, termasuk para kepala daerah dan semua pihak yang terlibat di sektor peternakan maupun pemeliharaan. Caranya melalui program pengendalian yang mengedepankan implementasi one health.
“Karena penanganan hewan itu bukan sesuatu yang mudah. Kenapa begitu? Karena virus rabies itu bukan hanya kita yang kena, tetapi tetangga juga kena. Apalagi kalau di tempat wisata. Ini bahaya banget,” katanya.
Mentan menegaskan pentingnya pencegahan rabies untuk keselamatan hewan dan manusia. Dampak rabies tidak hanya pada kesehatan, namun juga akan berpengaruh pada ekonomi secara umum.
“Dan saya bersyukur dukungan pembebasan rabies di Indonesia terus menguat. Saya optimis tidak sampai 2030 kita bisa membebaskan Indonesia dari rabies,” tegas Mentan.
Alokasi Vaksin Rabies Untuk Wilayah Resiko Tinggi
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, Nasrullah menegaskan bahwa program pengendalian dan pemberantasan rabies merupakan komitmen kuat dari jajarannya untuk Indonesia yang lebih berkualitas. Sejauh ini, kata Nasrullah, Kementan telah mengalokasikan vaksin dan operasional pengendalian rabies, khususnya untuk wilayah tertular dengan risiko tinggi.
“Untuk daerah tertular risiko tinggi, kita upayakan alokasi vaksin sebanyak 70 persen populasi hewan penular rabies. Sedangkan untuk daerah risiko rendah dan bebas, alokasi vaksin cukup untuk vaksinasi tertarget dan vaksinasi darurat,” katanya.
Nasrullah berharap pemerintah daerah untuk turut mendukung pelaksanaan program dengan mengisi kekurangan ketersediaan vaksin dan sumberdaya lain yang diperlukan. Dirjen PKH juga menyebutkan bahwa di Pusat, Ditjen PKH sudah merangkul mitra kerja internasional seperti FAO, AIHSP dan USAID dalam pengendalian dan penanggulangan rabies.
“Kerja sama dengan kementerian dan Lembaga sebenarnya sudah berjalan baik, khususnya dengan Kemenkes, KLHK dan Kemenko PMK, namun ini perlu terus dipertahankan dan diperkuat agar target Indonesia bebas rabies 2030 dapat tercapai,” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Hadi Sulistyo menyampaikan terima kasih sekaligus apresiasi terhadap jajaran Kementan yang memberi perhatian khusus terhadap kondisi dan kesehatan hewan melalui peluncuran vaksin yang kini telah bersertifikat.
“Dan kita tau bahwa flu burung atau penyakit flu babi telah mengakibatkan kematian yang tinggi khususnya di Indonesia. Dan sampai saat ini baru ada vaksin yang di buat oleh Negara selama lebih dari 50 tahun. Alhamdulillah, Kementan berhasil mendapatkan serum semacam antibody yang akan diberikan ke ternak-ternak babi yang sehat agar tidak terjangkit penyakit ASF,” tutupnya.(BB)