Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

20 December 2017

Badan Karantina Pertanian Antarkan Bonsai Indonesia ke Eropa

Badan Karantina Pertanian Antarkan Bonsai Indonesia ke Eropa
20 December 2017

Badan Karantina Pertanian Antarkan Bonsai Indonesia ke Eropa

Pilarpertanian - Pilar – Badan Karantina Pertanian melakukan _grand launching_ ekspor bonsai ke Eropa. “Ini merupakan ekspor bonsai terbanyak dan ekspor perdana yang proses eksportasinya berbasis _In Line Inspection_ dan bersertifikat karantina secara elektronik (e-Cert)” ujar Kepala Badan Karantina Pertanian, Banun Harpini, saat melepas satu truk container yang berisi lebih kurang 1.617 pohon tanaman bonsai bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selama ini perdagangan internasional bonsai hanya dilakukan antar individu penggiat dan penggemar bonsai saja. Sehingga tidak tercatat dalam data statistik sebagai komoditas ekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Padahal saat ini Indonesia masuk jajaran tiga besar negara dengan komunitas bonsai terbesar dan berkualitas, selain Jepang dan China. Potensi ekspor tanaman bonsai Indonesia cukup besar, mengingat bonsai Indonesia memiliki keunikan dan sangat diminati oleh negara-negara di Eropa.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ekspor bonsai Indonesia dimulai tahun 2010 dan terus meningkat seiring dengan permintaan negara mitra dagang dengan rata-rata ekspor per tahun berkisar antara 6.000 pohon sampai dengan 8.000 pohon. Lebih dari 80%-nya melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Potensi ekspor bonsai Indonesia akan terus berkembang dan diprediksi di tahun 2018 akan menembus angka 10.000 pohon. “Masuknya bonsai sebagai komoditas ekspor tentu berdampak pada meningkatnya nilai jual bonsai tersebut. Hal ini akan memberikan manfaat yang besar bagi peningkatan pendapatan petani bonsai” tegas Banun Harpini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Badan Karantina Pertanian terus berupaya mendukung peningkatan daya saing dan akses pasar internasional bagi komoditas ekspor Indonesia melalui pemenuhan persyaratan sanitari dan fitosanitari (SPS measures). Dan saat ini kerjasama dengan negara mitra dagang telah menggunakan pertukaran _Electronic services_ (E-Cert SPS). Belanda merupakan negara pertama yang telah menerapkan pertukaran _Elektronic Phytosanitary Certificate_ (e-phyto) yang akan diikuti dengan New Zealand, Australia dan Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kebijakan Badan Karantina Pertanian dalam pelayanan ekspor komoditas pertanian berorientasi pada penerapan sertifikasi fitosanitari yang efektif, efisien dan akseptabel sehingga dapat menekan tingkat ketidaksesuaian _(non-compliance)_ oleh negara mitra dagang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kebijakan tersebut dijabarkan melalui pendekatan kesisteman _(in-line inspection)_ dalam pengelolaan risiko _(approach control system on risk management)_ dengan penerapan mitigasi terbawanya organisme pengganggu tumbuhan dan kontaminasi cemaran berbahaya sejak di sentra produksi _(on-farm)_ sampai dengan pengiriman dengan melibatkan para pihak yang terkait.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Program pelayanan sertifikasi ekspor berbasis _in-line inspection_ tentunya memerlukan sinergitas dengan perbagai pemangku kepentingan mulai dari petani/kelompok tani, instansi pemerintah daerah dan eksportir. “Kami menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak atas jalinan kerjasama dengan Petugas Karantina di BKP Semarang dalam mewujudkan penerapan pelayanan sertifikasi ekspor berbasis _in-line inspection_” tandas Banun.(RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *