Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

22 May 2018

Diseminasi dari Petani ke Petani, Percepat Penyebaran VUB Jagung di Wilayah Perbatasan

Diseminasi dari Petani ke Petani, Percepat Penyebaran VUB Jagung di Wilayah Perbatasan
22 May 2018

Diseminasi dari Petani ke Petani, Percepat Penyebaran VUB Jagung di Wilayah Perbatasan

Pilarpertanian - Pilar – Persoalan mengatasi ketertinggalan pembangunan pertanian dan mewujudkan kemandirian pangan di wilayah perbatasan memang tidak mudah. Spektrum sebaran wilayahnya yang luas dengan beragam kendala yang terdengar sangat menantang,  juga tidak terbantahkan, termasuk di wilayah perbatasan Provinsi Kalimantan Barat. Balai Besar Pengkajian, Balitbangtan turut mengambil peran dengan melakukan kajian rancangan model sistem usaha pertanian (SUP) inovatif berbasis jagung yang sudah diinisiasi sejak tahun 2017.   Berlokasi di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, pada tahun 2017, telah diintroduksikan paket teknologi berbasis jagung dengan menempatkan teknologi benih (Varietas Unggul Baru/VUB) sebagai pendorong utama perbaikan produksi jagung di lokasi kajian. Ini melibatkan lima kelompok tani. VUB jagung hibrida Bima 19 serta jagung komposit Lamuru dan Sukmaraga ditanam pada musim tanam 2017 dan hasilnya sudah dipanen sekitar Bulan Februari – Maret 2018. Meskipun dari sisi produksi masih belum optimal akibat kendala curah hujan tinggi pada saat panen, namun dari sisi diseminasi justru sangat menggembirakan. “Penyebaran teknologi VUB jagung berjalan dengan cukup masif. Benih jagung hasil panen petani kooperator telah menyebar ke beberapa petani lainnya,” tutur Haris Syahbuddin, Kepala BB Pengkajian. Tidak hanya petani di dalam kelompok, namun di luar kelompok bahkan juga luar desa dan kecamatan. Contohnya hasil panen  Sudarji  hampir 100 kg benihnya dibeli dan ditanam oleh petani di dalam dan luar kelompok. Ini setara dengan luasan lahan sekitar 5 ha,”lanjutnya. Dari sisi petani produsen, penjualan benih memberikan pendapatan yang menjanjikan karena harganya lebih tinggi dibandingkan harga jagung untuk pakan. Tingkat harga benih jagung komposit sekitar Rp 10.000/kg, sedangkan jagung untuk pakan harganya di kisaran Rp 3.300/kg. Namun harga benih tersebut masih jauh di bawah harga benih hibrida swasta yang selama ini digunakan petani. Produksi jagung VUB lebih baik dibandingkan varietas lokal dan harga jual  kompetitif, menjadikan petani-petani sekitar tertarik untuk membeli,”ujarnya. Pola diseminasi dari petani ke petani memang cukup efektif untuk mempercepat adopsi inovasi, karena petani secara langsung dapat bertanya dan melihat hasil penerapan teknologi di lapang. Adanya interaksi antar petani akan menstimulasi proses belajar dalam kelompok, dan meningkatkan rasa keingintahuan dan kreativitas petani itu sendiri. Pola tersebut perlu terus dikembangkan, utamanya dalam mempercepat penyebaran teknologi VUB dan teknologi lain yang dihasilkan oleh Balitbangtan. Harapannya, teknologi Balitbangtan akan terus dikenal dan diterapkan oleh petani. Hal ini mendorong geliat pembangunan pertanian dan mewujudkan ketahanan pangan di wilayah-wilayah perbatasan menjadi kenyataan.(YA)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *