Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

11 May 2020

Efek Pandemi Covid-19, Permintaan Nenas Banasari Makin Meningkat

Efek Pandemi Covid-19, Permintaan Nenas Banasari Makin Meningkat
11 May 2020

Efek Pandemi Covid-19, Permintaan Nenas Banasari Makin Meningkat

Pilarpertanian - Pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh dunia, tak selamanya membawa dampak negatif bagi masyarakat. Sebaliknya, pada situasi seperti saat ini justru menjadi momentum keberuntungan bagi sebagian masyarakat, salah satunya petani buah nenas di kawasan lereng timur Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Permintaan nenas Banasari dari daerah tersebut tidak pernah sepi, terlebih pada saat situasi pandemi Covid-19. Harga jualnya pun terbilang bagus dan menguntungkan petani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Setiap kali panen, nenas Banasari langsung ludes diserap pasar,” ujar Andrias, Ketua Kelompok Tani Mulyo Dusun Tegalrejo Desa Semen Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Senin (11/5).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Andrias mengungkapkan bahwa di tengah Pandemi Covid-19, permintaan nenasnya meningkat signifikan. Varietas Banasari sudah dilepas oleh Kementerian Pertanian sejak 2015 lalu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jadi nama Nenas Banasari sendiri diambil dari akronim Blitar-Nenas-Semen-Gandusari, yang mencirikan nenas unggul spesifik lokasi setempat,” beber Andrias.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Keunggulan jenis nenas Benasari, lanjut Andrias, diantaranya bisa dipanen hingga 8 kali dalam 4 tahun. Ukuran buahnya pun cukup besar serta rasanya yang manis asem segar dengan kadar brix 14-15.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Gambarannya, kalau nenas jenis queen biasa, grade A nya hanya seberat 7 ons keatas, maka untuk Nenas Banasari bisa 1,3 kilogram keatas,” imbuhnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Andrias, harga jual di tingkat petani saat ini cukup bagus. Harga Nenas Banasari saat ini untuk grade A Rp. 10.000/biji, grade B Rp. 8.500/biji , Grade C Rp. 7.000/biji, Grade D dan E di kisaran Rp. 2.000 – Rp 3.000 per biji.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Harganya bagus, menguntungkan petani. Penjualannya juga mudah karena langsung diambili mitra-mitra pedagang,” katanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Andrias menyebutkan, bahwa hampir setiap hari ada panen nenas di daerah tersebut. Pada musim panen biasa pihaknya bisa menjual 1 pick-up per hari. Sementara saat memasuki panen raya yakni pada bulan puasa dan Agustus bisa menjual hingga 1 truk besar per harinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Untuk grade A biasanya disetor ke supermarket di Surabaya. Yang grade B untuk pasar Malang Raya, grade C untuk pasaran lokal. Yang grade D dan E sudah diserap untuk industri olahan minuman nenas segar yang sudah banyak berkembang disini. Jadi setiap kali panen nyaris langsung ludes terjual,” kata Andrias.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk menjaga agar harga nenas stabil, kelompok tani yang dikoordinir Andrias sudah menerapkan manajemen pola tanam atau sistem siklus. Dalam satu hektar lahan rata-rata petani menanam 19.000 rumpun Nenas Banasari, dengan ongkos produksi dari awal tanam hingga panen pertama diperkirakan sekitar Rp. 67 juta.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kalau diambil rata-rata panen pertama 18.000 biji dengan harga per bijinya Rp 6.500, untungnya kan sudah lumayan itu. Sudah balik modal plus untung. Untuk panen selanjutnya, petani tinggal merawat dan menikmati panen,” ungkapnya antusias.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Diakuinya, selama ini bantuan dari pemerintah terutama Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian setempat turut membantu petani meringankan beban biaya produksi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Blitar, Wawan Widianto menyebut, pengembangan nenas di daerahnya telah berlangsung cukup lama.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Secara agroklimat, kawasan lereng Gunung Kelud memang sangat cocok untuk pengembangan nenas. Jenis yang sekarang banyak dikembangkan yaitu Queen Ponggok di lereng barat dan Smooth Cayenne Banasari di lereng sisi timur atau Kawan Nari, Kawasan Nenas Banasari. Kami terus dorong produksi dan fasilitas pemasarannya,” ujar Wawan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Wawan, kedua varietas nanas ini memiliki potensi pasar yang berbeda, dimana nanas banasari banyak dipasarkan ke pasar modern atau supermarket sedangkan nanas queen ponggok banyak kepasar lokal tradisional.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Untuk ekspor masih dijajaki,” tukasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementra itu, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman saat dikonfirmasi di Jakarta menyebut nenas sebagai komoditas unggulan ekspor nasional.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Selain untuk pemenuhan kebutuhan pasar domestik, kita terus dorong pengembangan nenas berorientasi ekspor. Saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen sekaligus pengekspor nenas terbesar dunia. Untuk jenis nenas spesifik lokal seperti Nenas Banasari Blitar kita tetap dukung pengembangannya,” katanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Tidak hanya itu, Ditjen Hortikultura telah memfasilitasi penyusunan SOP budidaya nenas Kediri dan bersama-sama dengan Dinas dan petugas lapangan secara intensif mendampingi petani dalam menerapkan teknologi budidaya sesuai kaidah GAP dan SOP agar buah nenas yang dihasilkan tetap terjaga mutunya, terutama dari sisi ukuran dan rasa,“ tambah Liferdi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih detil Liferdi menjelaskan bahwa, jika ingin menghasilkan buah yang berukuran seragam, petani harus menggunakan benih yang berukuran seragam pula.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jarak antar tanaman juga dapat mempengaruhi ukuran buah, untuk menghasilkan ukuran buah yang besar, petani nenas Kediri menanam dengan populasi 40 ribu batang per hektar,“ ujar Liferdi yang dulu pernah sebagai peneliti di Balitbu-Solok itu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Lalu, untuk meningkatkan rasa manis dapat ditambahkan pupuk dengan unsur Kalium tinggi seperti KNO3,“ tambah Liferdi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Data BPS menyebut produksi nenas nasional tahun 2019 mencapai 2.196.456 ton atau naik 21,65% dibanding tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sentra nenas tersebar di Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan hingga Nusa Tenggara Barat. Sementara ekspor nenas sepanjang tahun 2019 mencapai 236 ribu ton atau sekitar Rp 2,85 triliun yang didominasi bentuk olahan atau nenas kalengan.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *