Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

22 September 2017

GENTANASI Gerakan MakanTanpa Nasi

GENTANASI Gerakan MakanTanpa Nasi
22 September 2017

GENTANASI Gerakan MakanTanpa Nasi

Pilarpertanian - Pilar-Potensi pangan lokal yang berlimpah di Provinsi Sulawesi Utara perlu dikenalkan kepada masyarakat sebagai alternatif pangan sumber karbohidrat. Inilah yang mendasari kerjasama Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian dengan Dinas Pangan Daerah Provinsi Sulawesi Utara untuk menggelar kembali Gerakan Penganekaragaman Pangan melalui “Gentanasi” Gerakan Makan Tanpa Nasi di Graha Bumi Beringin, di Manado, Jum'at (22/9/2017).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Gentanasi bukan berarti tidak makan nasi sama sekali, melainkan dalam satu minggu mengganti 1 kali waktu makan dalam sehari dengan pangan lokal selain nasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk lebih membumikan “GENTANASI” di masyarakat dilakukan Penandatanganan kesepakatan (MoU) dengan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Sulawesi Utara dalam penyediaan menu di hotel dan restoran yang mengoptimalkan bahan baku pangan lokal sebagai sumber karbohidrat alternatif selain beras dan terigu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Acara ini untuk memperingati HUT Provinsi Sulawesi Utara ke-53, dengan mengelar Lomba Festival Pangan Non Beras dan Non Terigu yang diikuti Ibu -Ibu TP PKK se-Provinsi. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Ibu Gubernur, Rita Dondokambey Tamuntuan, kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kreasi menu pangan lokal berbahan dasar selain beras dan terigu seperti pisang, ubi, jagung dan sagu. “Kita tidak bisa bergantung sepenuhnya terhadap beras, tetapi mengganti nya dengan kearifan lokal yang kita miliki. Untuk itu saya harapkan para ibu-ibu dapat mengkreasikan menu pangan lebih beragam dan bergizi” kata Rita.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala BKP Agung Hendriadi dalam sambutan yang dibacakan Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Tri Agustin Satriani menyatakan bahwa upaya percepatan diversifikasi pangan sangat penting dilaksanakan, mengingat pola konsumsi pangan penduduk Indonesia belum beragam dari jenis pangan dan keseimbangan gizinya. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Upaya menurunkan konsumsi beras dan terigu harus diikuti dengan penyediaan pangan karbohidrat dari pangan lokal seperti sagu, singkong, ubi jalar, sukun, ganyong, pisang dan sebagainya” lanjut Agung. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurutnya, salah satu langkah strategis yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pola konsumsi Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara Wakil Gubernur Sulawesi Utara, Steven Kandouw mengatakan, Gerakan Tanpa Nasi merupakan program yang berdampak positif dalam mengurangi ketergantungan masyakat terhadap nasi. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Melalui Gentanasi, ketergantungan masyarakat terhadap beras bisa dikurangi, karena di Sulawesi Utara sumber pangan pokoknya berasal dari umbi-umbian. Untuk itu program ini harus terus digencarkan” katanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Salah satu kearifan lokal yang sedang dikembangkan adalah pisang GOROHO yaitu pisang khas sebagai sumber makanan masyarakat Minahasa sejak jaman dahulu. Selain itu, di Kepulauan Sangihe terdapat Sagu, yang dibiarkan tumbuh tanpa perawatan dan perhatian, ternyata merupakan makanan lezat dengan  kandungan gizi cukup tinggi dan dapat  dijadikan sebagai makanan  bergizi bagi masyarakat. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sedangkan di Minahasa dan Minahasa Selatan terdapat pangan lokal jagung yang diolah menjadi beras milu (beras jagung) dan sinduka (tepung jagung), yang banyak dikonsumsi masyarakat. (RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *