Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

25 October 2018

Handil, Tabat dan Polder, Tiga Jurus Pengelolaan Air Di Lahan Rawa

Handil, Tabat dan Polder, Tiga Jurus Pengelolaan Air Di Lahan Rawa
25 October 2018

Handil, Tabat dan Polder, Tiga Jurus Pengelolaan Air Di Lahan Rawa

Pilarpertanian - Pilar – Sejak dulu para petani di lahan rawa sudah mengetahui bahwa kunci keberhasilan bercocok tanam padi di lahan rawa sangat ditentukan oleh kondisi air. Pada saat bulan purnama air pasang besar, demikian juga saat bulan mati terjadi pasang tinggi. Namun pada saat bulan sabit atau antara hari ke 7 menuju ke 14 atau hari ke 21 menuju 29 terjadi penurunan air atau surut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pengalaman dari generasi ke generasi dengan pengamatan yang berulang-ulang akhirnya menghasilkan kearifan lokal (indegenous knowledge) untuk dapat memanfaatkan air untuk bercocok tanam, khusus untuk di lahan rawa ungkap Hendri Sosiawan (Kepala Balai Penelitian Lahan Rawa, Balitbangtan Kementan).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ada cara-cara praktis untuk menyiasati keadaan tata air di lahan rawa yaitu dengan membuat saluran yang disebut handil”, jelasnya lagi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Handil adalah saluran yang dibuat menjorok masuk dari badan sungai sejauh 1-2 km dengan lebar antar 1-2 m dan kedalaman 0,5-1,0 m sehingga pada saat pasang, air bisa masuk melalui handil dan saat surut, air bisa keluar. Model ini juga sekaligus membuang hasil cucian (leached) ke sungai.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ratusan bahkan ribuan mungkin handil yang dibangun oleh masyarakat sepanjang sungai-sungai besar seperti Barito, Mahakam, Kapuas, Kahayan, dan lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pengalaman selama bertahun-tahun juga, saat petani membutuhkan air yang cukup besar dan memerlukan durasi yang relatif lama, maka muncul cara-cara praktis dan sederhana untuk menahan air yang mengalir di saluran dengan menyusun kayu gelam atau tanah hingga berupa dam atau tameng untuk menahan air, sehingga bisa tertampung atau tersimpan di saluran sehingga tidak hilang menjadi air limpasan (run off). Cara-cara ini disebut dengan tabat”, ungkap Hendri menambahkan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tabat adalah dam limpas (dam overflow) yang terbuat dari tanah, kayu atau sejenisnya yang tingginya disesuaikan dengan keinginan tinggi muka air yang ingin diharapkan. Dari sinilah munculnya istilah pintu air, flapgates, stoplog atau sekat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Schophyus, seorang ahli pengairan berkebangsaan Belanda bersama-sama dengan H. Idak, seorang Manteri Tani yang bekerja sebagai aparat daerah di Kalimantan pada masa pemerintah Belanda tahun 1950an sudah merancang suatu model yang menggabungkan antara sistem handil, tabat, dan tanggul keliling yang kemudian dikenal dengan sistem polder.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Polder adalah bangunan air berupa tanggul keliling yang dilengkapi dengan saluran utama masuk, keluar, dan saluran pembagi serta dilengkapi dengan pompa besar untuk memasukan air pada saat kekeringan dan mengeluarkan pada saat kelebihan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Implementasi sistem polder ini pernah dilakukan di rawa lebak Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan yang dikenal dengan Polder Alabio dengan luasan 6.000 hektar, tetapi belum berhasil dengan baik.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Oleh karenyanya saat ini dengan penyempurnaan sistem polder dan mengoptimalkan pertanian di lahan rawa telah dikembangkan sistem polder mini yang pada prinsipnya menerapkan apa yang disebut handil, tabat atau tanggul dan aliran satu arah, jelas Herman.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu Subagio, peneliti dari Balittra mengatakan kalau yang dikembangkan pada Polder Alabio mencapai luas 6.000 hektar, maka pada sistem polder mini ini hanya mencapai luas antara 100-300 hektar. Dalam sistem polder mini ini ada tiga jurus pengelolaan air yang diaplikasikan yaitu (1) adanya tanggul keliling yang kokoh; (2) adanya jaringan tata air berupa adanya saluran masuk, saluran keluar, dan saluran pembagi, dan (3) tersedianya pompa besar baik pada pintu masuk maupun pintu keluar untuk sekaligus mengatur tinggi muka air dengan memompa air masuk apabila kekurangan air dan memompa air keluar dari dalam apabila kelebihan air.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sistem polder mini ini merupakan model pengelolaan air di lahan rawa yang diterapkan pada lokasi Hari Pangan Sedunia (HPS) di Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan sebagai duplikasi dari yang dikembangkan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tiga jurus pengelolaan air diimplimentasikan pada sistem polder mini Jejangkit Muara yang unit pengembangannya seluas 240 ha dengan dibangunnya tanggul keliling, saluran sekunder dan tersier masuk dan keluar, dan tersedianya pompa, yaitu pompa masuk dan pompa keluar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan dibangunnya polder mini ini, maka dapat ditingkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 180 dan/atau IP 200, terjadi peningkatan hasil panen karena meningkatnya efisiensi pencucian zat-zat beracun (leaching) dan meningkatkan pH tanah dan ketersediaan hara tanaman, sehingga hasil padi juga meningkat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melalui sistem polder mini, hasil pertanaman padi varietas Inpara 2,3, 8 dan 9 menunjukkan pertumbuhan yang optimal. Tampak menguning dengan bulir-bulirnya yang panjang dan berisi, ungkapnya.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *