Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

26 March 2020

Kabupaten Majalengka Telah Memasuki Panen Raya Padi

Kabupaten Majalengka Telah Memasuki Panen Raya Padi
Foto: Sentra Pertanian Padi di Kabupaten Majalengka.
26 March 2020

Kabupaten Majalengka Telah Memasuki Panen Raya Padi

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Menurut perkiraan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, bahwa masa panen raya akan berlangsung sekitar Maret-April 2020. Salah satunya adalah panen raya pada komoditas padi yang rata-rata hampir serentak di seluruh kabupaten di Indonesia. Pada masa panen raya ini, petani harus dipastikan memperoleh harga jual yang layak, sehingga terjaga kesejahteraannya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini (24/03) di salah satu sentra penghasil padi di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sedang menggelar panen raya. Panen digelar pada hamparan lebih dari 10.000 hektare tanaman padi tepatnya di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di kawasan sentra produksi padi ini mayoritas petaninya menanam padi varietas Inpari 32 dan Inpari 33 dengan produktivitas mencapai 6,5 – 7,2 ton/ha gabah kering panen. Hasil produktivitas tersebut lebih tinggi dari varietas yang biasa ditanam sebelumnya, sehingga kedua varietas tersebut menjadi primadona.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ungkap Rofi Afrianto salah seorang tokoh masyarakat di Kertajati yang juga berprofesi sebagai petani menyampaikan bahwa mayoritas petani menyukai varietas Inpari 32 dan Inpari 33 karena produktivitas tinggi. Untuk sistem tanam petani di Kertajati sudah terbiasa dengan model tanam jajar legowo sejak 2 tahun yang lalu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Inpari 32 dan Inpari 33 paling banyak ditanam pada musim kali ini, mereka merasakan langsung adanya kenaikan produktivitas dibanding dengan varietas lainnya yang pernah ditanam pada musim-musim sebelumnya,” ujar Rofi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut Rofi menyampaikan bahwa petani sangat membutuhkan combine harvester untuk panen karena sekitar 10 hari ke depan merupakan puncak panen raya. Selama ini, cara panen padi masih dilakukan secara tradisional atau biasa disebut digebot untuk merontokkan gabah dan hanya ada beberapa petani yang menggunakan thresher.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Berharap ada bantuan mesin combine harvester dari pemerintah untuk menyingkat waktu panen serta mengurangi biaya panen,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Jufry, yang dihubungi via telepon menyampaikan bahwa secara nasional luas areal yang ditanami padi Varietas Inpari 32 dan Inpari 33 setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Provitas tinggi dari varietas tersebut dan ketahanan terhadap OPT menjadikan disukai oleh petani, disamping itu cita rasa nasinya yang pulen sesuai preferensi konsumen membuatnya diterima masyarakat secara luas,” tutur Beliau mengakhiri percakapan telepon siang ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ditempat terpisah Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Priatna Sasmita juga menyampaikan bahwa padi varietas Inpari 32 dan Inpari 33 saat ini banyak ditanam oleh petani sebagai pengganti dari varietas Ciherang dan Mekongga. Keduanya lebih tahan terhadap serangan OPT, tidak seperti varietas Ciherang yang sudah mulai rentan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Perlahan tapi pasti, Inpari 32 dan Inpari 33 mulai menggeser varietas Ciherang, petani sudah merasakan kelebihan dari kedua varietas tersebut, lebih tahan terhadap OPT dan umur panen lebih pendek dan rata-rata hasilnya 6-8 ton/ha,” tutupnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebuah harapan baru dari varietas unggul Inpari 32 dan Inpari 33 yang merupakan hasil karya anak bangsa Badan Litbang Pertanian untuk menjamin ketahanan pangan masyarakat Indonesia. (OIR)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *