Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

26 November 2017

Kearifan Lokal Lombok Timur Bantu Kementan Wujudkan Mimpi di 2045

Kearifan Lokal Lombok Timur Bantu Kementan Wujudkan Mimpi di 2045
26 November 2017

Kearifan Lokal Lombok Timur Bantu Kementan Wujudkan Mimpi di 2045

Pilarpertanian - Pilar — Penanggung Jawab Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale) Nusa Tenggara Timur (NTT), Ani Andayani, menyatakan, kearifan lokal masyarakat Lombok Timur membantu pemerintah mewujudkan swasembada pangan. Sebab, masyarakat setempat menjaga warisan leluhur berupa waduk untuk diberayakan, dibanding dijual.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dengan adanya embung-embung ini dan bantuan distribusi mengalirkan airnya melalui saluran dan perpipaan sederhana, kini di Kecamatan Jerowaru sudah bisa mengoptimalkan fungsi lahannya untuk bertaham padi dan palawija sepanjang tahun. Itu semua berkat kearifan lokal turun-temurun,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (25/11/2017).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tercatat ada 1.627 unit embung dengan ukuran bervariasi mulai 25-100 are di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB. Luasan embung tergantung letak dan kontur lahan. Air dari embung tersebut mampu mengairi seluas 4.384 hektare lahan pertanian di kecamatan tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kata Ani, kearifan lokal tersebut turut membantu upaya Kementerian Pertanian (Kementan) mewujudkan visi Lumbung Pangan Dunia 2045. Soalnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mendorong optimalisasi lahan tidur yang umumnya rawa dan tadah hujan sebagai usaha merealisasikan “mimpi besar” tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan infrastruktur tata air di kedua lahan tidur tersebut,” ungkap Staf Ahli Mentan Bidang Infrastruktur itu. Hal tersebut melatarbelakangi sinergi Kementan dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) membangun 30 ribu unit embung.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sayangnya, embung mulai mendangkal dalam beberapa tahun terakhir, karena endapan air tanah secara alami. Karenanya, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur berharap, pemerintah pusat memberikan perhatian dengan memperbaiki embung tersebut. Caranya, menggali endapan atau memperdalam, sehingga fungsi “menabung” air semakin optimal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Makanya, pada APBN 2018 nanti melalui dana alokasi khusus (DAK), dialokasikan anggaran kepada Lombok Timur dan diharapkan digunakan untuk tata kelola air irigasi, agar terus bisa mendukung Lombok Timur sebagai penyanggah pangan nasional melalui padi, jagung, cabai, dan bawang putih,” beber Ani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di sisi lain, tambah Ani, perwakilan dari Tokyo University, Prof Mizoguchi, siap membantu pengolahan cabai di Lombok Timur dari aspek sains dan teknologi bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Balitbangtan) NTB. “Dan dengan menggerakkan sektor swasta setempat, membuat olahan cabai sebagai upaya meraih “value chain” bagi petani setempat untuk tetap bergairah mendukung pangan nasional,” ungkapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Rombongan Kementan yang dihadiri Ani Andayani, Tenaga Ahli Mentan Budi Indra Setiawan, dan Kepala BB Biogen Balitbangtan selaku PJ Upsus Lombok Timur Mastur, sempat mengunjungi embung yang dikelola Kelompok Tani (Poktan) Sijeruk Bersatu di Desa Sepapan, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB, 23-24 November. Di sana, mereka takjub dengan kearifan lokal setempat yang masih terjaga sampai sekarang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kearifan lokal tersebut adalah mengelola embung warisan leluhur. Hal ini, seperti yang diungkapkan Ketua Poktan Sijeruk Bersatu, Hariadi. Katanya, embung yang dikelolanya merupakan peninggalan kakeknya dan dibangun sekitar 50-60 tahun silam.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Meskipun kami harus berbagi warisan lahan dengan saudara-saudara. Tetapi, embung tetap kami pertahankan,” ucapnya. Sebab, dengan adanya embung tersebut, maka bisa terus bercocok tanam sampai sekarang, karena airnya dimanfaatkan untuk irigasi, selain wisata mancing senilai 10-40 juta per kegiatan sebagai penghasilan tambahan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami semua bersaudara, menyadari betul betapa pentingnya embung. Maka, kami tetap rukun,” imbuh Haryadi. Embung miliknya berada di lahan seluas 50 are dan bersanding dengan lahan pertanian 50 are. Untuk memperkuat tanggul, pinggiran embung ditanami dengan bambu. Sehingga, akar bambu memperkuat sekitar embung dan menjaganya dari malfungsi lainnya.(JH).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *