Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

30 May 2020

Kebutuhan Benih Jahe Meningkat Drastis, Petani/Penangkar Ketiban Untung

Kebutuhan Benih Jahe Meningkat Drastis, Petani/Penangkar Ketiban Untung
30 May 2020

Kebutuhan Benih Jahe Meningkat Drastis, Petani/Penangkar Ketiban Untung

Pilarpertanian - Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan imunitas selama pandemi Covid-19 meningkat drastis. Masyarakat kini berbondong-bondong mengkonsumsi minuman herbal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Salah satu jenis tanaman obat yang mengalami peningkatan drastis adalah jahe, sehingga petani berbondong – bondong menanam jahe yang berdampak terhadap peningkatan permintaan benih tanaman jahe. Permintaan jahe sangat besar dan penggunaannya beragam mulai dari bumbu masak maupun bahan jamu atau ramuan herbal. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selama masa pandemi Covid-19 ini, sejumlah petani maupun penangkar benih jahe kewalahan untuk memenuhi permintaan. Hal ini diakui oleh salah satu penangkar dan petani jahe di kawasan Nagrak Selatan – Sukabumi, Chevi Permadi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Chevi mengatakan, permintaan benih kebanyakan berasal dari sekitar Sukabumi maupun dari luar kota termasuk luar pulau. Kendalanya lebih kepada stok benih yang ada serta transportasi pengiriman, sehingga tidak semua permintaan tersebut dapat dipenuhi. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dibandingkan periode serupa pada tahun sebelumnya, permintaan benih jahe saat ini mengalami peningkatan lebih dari 50 persen. Rata-rata petani/penangkar jahe menerima pesanan hingga lebih dari 30 – 40 ton selama kurun waktu 3 – 4 bulan terakhir,” tambahnya yang juga selaku ketua kelompoktani Berkah Alam melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (30/5).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dia mengungkapkan bahwa sebagian besar benih jahe yang di jual petani saat ini merupakan benih tidak bersertifikat. “Permintaan benih jahe yang mendadak dan sangat besar membuat kami tidak sempat mengurus proses sertifikasi rimpang jahe kami,” terang Chevi. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan harga rimpang benih jahe non sertifikat yang berkisar antara Rp 50 – 55 ribu per kg kalau benih bersertifikat harganya lebih mahal Rp 5 ribu per kg. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Petani penangkar jahe di Sukabumi menerima pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan periode sebelum pandemi ini yang hanya berkisar antara Rp 30 – 35 ribu per kg. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Chepy, harga benih juga tergantung jenis jahe. Untuk jahe putih kecil/emprit dan jahe gajah harga berkisar rata-rata Rp 50 ribu per kg. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sedangkan untuk jahe merah berkisar Rp 55 ribu per kg,” tambah dia. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Chevi menyebutkan pada prinsipnya, penangkar bersertifikasi memang mendukung program peningkatan mutu benih tanaman obat dan akan tetap melanjutkan proses sertifikasi atas produk benih yang kami hasilkan. Saat ini pun terdapat benih rimpang aneka ragam tanaman obat sebanyak 15 ton dan sebagian di antaranya bersertifikat di kelompok penangkarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kalaupun saat ini banyak benih non sertifikat yang kami jual ke masyarakat karena memang permintaannya sangat besar yang memang tidak kami duga sebelumnya,” imbuhnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Terpisah, Direktur Perbenihan Hortikultura Kementan, Sukarman mengakui jika permintaan benih tanaman obat, khususnya jahe saat ini di luar ekspektasi. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Melampaui perkiraan kapasitas produksi para penangkar benih kita. Maka dari itu tidak heran bila saat ini pemenuhan benih jahe secara umum kepada masyarakat dicukupi dari benih non label atau tanpa sertifikasi,” tutur dia. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Namun, lanjut Sukarman, dipastikan bahwa untuk benih-benih tanaman obat yang digunakan untuk program pemerintah tetap menggunakan benih yang bersertifikat. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Komitmen tersebut sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. SYL-sapaannya-, kata Sukarman, meminta untuk menjaga mutu dan kualitas benih komoditas hortikultura. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Saya menghimbau agar masyarakat tetap memprioritas penggunaan benih umbi atau rimpang yang bersertifikat. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin mutu dan produksi tanaman obat yang nanti dihasilkan,” jelasnya.(BB)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *