Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

20 June 2022

Kementan Dukung Peningkatan Kapasitas Petani Subang Dalam Pengendalian Hama PBP

Kementan Dukung Peningkatan Kapasitas Petani Subang Dalam Pengendalian Hama PBP
Kegiatan Bimbingan Teknis Pengendalian OPT oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan di Kecamatan Pusakajaya, Subang, Jawa Barat.
20 June 2022

Kementan Dukung Peningkatan Kapasitas Petani Subang Dalam Pengendalian Hama PBP

Pilarpertanian - Serangan hama penggerek batang pada tanaman padi (PBP) pada musim tanam 2021/2022 dilaporkan mengalami kenaikan di wilayah Kabupaten Subang. Peningkatan serangan hama PBP terjadi di antara Maret sampai dengan April 2022. Lahan padi yang terserang dengan intensitas serangan yang tinggi dihadapkan dengan penurunan produksi. Merespon hal tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten Subang memberikan perhatian atas kejadian tersebut dan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan selanjutnya memfasilitasi bimbingan teknis (bimtek) Pengendalian OPT yang dilaksanakan selama dua hari di dua lokasi yaitu Kecamatan Pusaka Jaya dan Cipunagara.

Kegiatan bimtek ini sebagai upaya peningkatan kapasitas petani dalam pengendalian OPT terutama hama PBP. Kegiatan Bimtek dilaksanakan Pada hari Rabu (8/6/2022), kegiatan ini dilaksanakan di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pusaka Jaya. bimtek hari kedua dilaksanakan hari Kamis (9/6/2022) di Gapoktan Simpar Jaya Desa Simpar, Kec. Cipunagara, Kab. Subang.

Kegiatan Bimtek dibuka oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Subang dan dihadiri oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Koordinator Satuan Pelayanan (Korsatpel) Wilayah II Provinsi Jabar dan Kepala BPP Pusaka Jaya. Cahyadi Irwan dari Balai Besar Peramalan OPT (BBPOPT).

Kepala Dinas Pertanian Kab. Subang Nenden, menyampaikan turut prihatin dan tetap memberikan motivasi kepada para petani untuk menjalankan usaha taninya.

“Kami hadir di sini untuk membela para pelaku usaha pertanian. Di sini ada POPT, penyuluh dan petugas lainnya yang siap dimintai penyuluhan,” ujar Nenden.

Nenden juga berpesan agar petani dapat memilih teknologi pengendalian OPT yang bisa diterapkan petani diantara banyaknya pilihan jenis teknologi pengendalian OPT yang ada.

“Kita pakai saja teknologi apa yang ada di sekitar kita, pengambilan kelompok telur dan pemanfaatan bahan dan alat sederhana bisa kita terapkan untuk mengendalikan hama penggerek. Mudah-mudahan dengan adanya bimtek ini, petani bisa mengerti dan paham dalam mengantisipasi resiko serangan hama penggerek padi sehingga produksi bisa naik karena dikawal sebaik mungkin,” lanjut Nenden. 

Korsatpel Wilayah II Jabar Iduk, memberikan motivasi sekaligus mengingatkan kepada para petani bahwa ada kewajiban petugas untuk melakukan bimtek pengendalian OPT namun dalam penerapannya tetap akan berujung pada kemauan petani itu sendiri.

“Tergantung dari bapaknya sendiri, siap gak melaksanakannya (pengendalian penggerek) sejak awal tanam,” tegas Iduk.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Takdir Mulyadi mengingatkan agar pengendalian OPT dapat dilaksanakan dengan cara-cara yang ramah lingkungan, melalui cara–cara yang memprioritaskan penggunaan APH dan bahan-bahan yang ramah lingkungan.

“Zaman dahulu, nenek moyang kita sudah menerapkan pengendalian hama penyakit tanaman secara alami menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di alam. Sudah seharusnya kalau sekarang kita kembali ke alam untuk melestarikan lingkungan demi anak cucu kita nanti,” jelas Takdir.

Sementara itu Cahyadi Irwan dari BBPOPT,
menghimbau kepada para petani untuk menerapkan secara masif teknologi pengendalian PBP ini di wilayahnya. Jika kita semakin banyak membuat bumbung konservasi ini, semakin banyak telur penggerek yang akan terinfeksi parasit ini.

“Tentunya kita juga harus menerapkan metode lainnya seperti pemilihan varietas tahan, tanam serempak berdasarkan hasil pengamatan pola penerbangan dan penyemprotan agens hayati” ujar Cahyadi Irwan.

Cahyadi Irwan juga menjelaskan Pengendalian hama PBP sebaiknya dilaksanakan sejak dari persemaian sehingga tidak berlanjut di masa pindah tanam. Untuk pengamatan puncak penerbangan juga bisa dengan mengamati ngengat pada malam hari di dekat lampu rumah penduduk terdekat. Irwan menambahkan bahwa telur yang diperoleh dari sawah kita ambil ke rumah untuk mengamati waktu penetasan.

“Kalau telur yang kita bawa ke rumah sudah menetas artinya populasi telur di lahan kita juga sudah menetas,” lanjutnya. 

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mengharapkan agar pengawalan hama penyakit di tanaman dapat terus ditingkatkan dan diutamakan pengendalian secara ramah lingkungan.

“Sesuai arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo kita seluruh jajaran insan pertanian terus bekerja keras tentunya dengan melakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru, baik di segi produksi maupun segi hilirisasi dan saya titip untuk jajaran petugas di lapangan (POPT) agar terus mengawal pertanaman kita. Jaga dari kehilangan hasil akibat hama penyakit dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan, sehingga produksi bisa tetap terjaga,” tegas Suwandi.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *