Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

13 June 2022

Kementan Fasilitasi UPH Kedelai Lokal dan Ubikayu di Gunung Kidul

Kementan Fasilitasi UPH Kedelai Lokal dan Ubikayu di Gunung Kidul
Tepung Mocaf yang Diproduksi oleh KWT Ngudi Sari Desa Kemiri, Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul, D.I. Yogyakarta Siap Dikirim ke Beberapa Tempat di Indonesia.
13 June 2022

Kementan Fasilitasi UPH Kedelai Lokal dan Ubikayu di Gunung Kidul

Pilarpertanian - Kementerian Pertanian pada tahun 2022 memberikan Dukungan paket Unit Pengolahan Hasil (UPH) sebanyak 2 paket kepada KWT Sumber Tani di Desa Banyusoco, Kec. Playen dan KWT Sediyo Mulyo di Desa Candirejo, Kec. Semanu, Gunungkidul. Fasilitas UPH dimaksudkan untuk mendukung proses hilirisasi produk-produk pertanian khususnya komoditas kedelai dan ubikayu.

Gunung Kidul merupakan sentra pengolahan produk tanaman pangan. Pada tahun 2020, dukungan UPH juga sudah di manfaatkan oleh KWT Ngudi Sari Desa Kemiri, Kec. Tanjungsari, Gunungkidul. Pemasaran produk olahan dilakukan ke PT. Lingkar Organik, PT. Gudang Rempah Indonesia, serta beberapa wilayah lainnya seperti Bekasi, Tangerang, Sidoarjo dan Semarang.

Produk olahan tepung mocaf juga diproduksi oleh KWT Ngudi Sari seperti kue brownies yang dipasarkan ke Istana Pangan Yogyakarta, Magelang dan Kulon Progo. Penjualan tepung mocaf dan olahannya dapat menghasilkan rata-rata omset per bulan 24 juta rupiah.

Warti, ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Ngudi Sari, mengungkapkan sebelum adanya dukungan UPH merasa kesulitan untuk melakukan produksi olahan ubikayu karena keterbatasan alat pengolahan. Kapasitas mesin produksi khususnya untuk pembuatan tepung mocaf hanya cukup untuk melayani kebutuhan mocaf 500 kg per bulan.

“Setelah mendapat fasilitas UPH pada tahun 2020, pengolahan tepung mocaf di KWT Ngudi Sari mencapai 2 ton/bulan. UPH ubikayu merupakan paket bantuan yang terdiri dari mesin pengiris ubikayu, mesin pembuat tepung dan lainnya” ungkap Warti.

Warti menambahkan, hilirisasi kedelai lokal hasil produksi petani Gunung Kidul adalah produk tempe aromatik dan terasi. KWT bekerja sama dengan marketing tempe aromatik dan tempe daun jati yang mampu memasarkan produk olahan kedelai lokal ke wilayah Jabodetabek dan Bali.

“Dengan fasilitasi UPH Kedelai di KWT tersebut, dapat meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas. Petani kedelai lokal pun tambah semangat menanam kedelai karena hasil panen mereka dibeli langsung oleh KWT dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp 11.000,00 – Rp 11.500,00 per kg” tambah Warti.

Gatut Sumbogodjati, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan KWT Ngudi Sari.
Gatut juga menjelaskan bahwa hilirisasi komoditas tanaman pangan sangat penting untuk meningkatkan nilai jual komoditas dan menciptakan peluang usaha serta lapangan pekerjaan.

“Bantuan Pemerintah merupakan dorongan bagi petani untuk dapat Mandiri dan lebih Maju dalam meningkatkan produksinya”, jelas Gatut.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan mekanisasi pertanian merupakan salah satu hal yang menjadi fokus Mentan Syahrul Yasin Limpo bahwa pertanian harus maju, mandiri dan modern.

“Kami berharap nantinya keseluruhan proses hulu – hilir dikorporasikan dengan baik dan pada aspek permodalan memanfaatkan fasilitasi dengan KUR. Saya harap dengan tambahan investasi ini, nilai jual komoditas makin baik dan bisa continue menembus pasar ekspor,” kata Suwandi.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *