Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

18 June 2020

Kementan Lakukan Bimtek dan Gerdal Atasi Penyakit Blas Padi di Cianjur

Kementan Lakukan Bimtek dan Gerdal Atasi Penyakit Blas Padi di Cianjur
Foto : Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Kementerian Pertanian Melakukan Bimbingan Teknis di Kelompok Tani Siliwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
18 June 2020

Kementan Lakukan Bimtek dan Gerdal Atasi Penyakit Blas Padi di Cianjur

Pilarpertanian - Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Kementerian Pertanian (BBPOPT Kementan) melakukan bimbingan teknis (bimtek) di Kelompok Tani Siliwangi, Desa Sukamulya, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur guna mengantisipasi serangan penyakit blas tanaman padi, Kamis (18/6/2020). Tidak hanya sebatas bimtek, mereka juga melaksanakan gerakan pengendalian (Gerdal) bersama petani di lapangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Iman, Koordinator Penyuluh Kecamatan Cikalongkulon berharap BBPOPT dapat memberikan penjelasan dan bimbingan mengenai teknologi pengendalian penyakit blas yang mulai menyerang pertanaman padi di Desa Sukamulya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Apa yang disampaikan nantinya mudah-mudahan bisa diterima, dipahami dan dilaksanakan para petani,” ungkap Iman saat membuka acara bimtek tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Cahyadi Irwan dalam bimtek tersebut menyampaikan materi bimtek seperti pengelolaan penyakit blas, pemanfaatan APH Paenibacillus polymyxa, dan budidaya tanaman sehat. Penyakit blas dikhawatirkan menjadi permasalahan kedepannya karena adanya serangan lanjut penyakit ini yang menyebabkan patah leher atau dikenal “neck blast” yang dapat menurunkan produksi padi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Antisipasi pengendalian penyakit ini bisa dilakukan melalui seleksi benih, sebelum persemaian melakukan seleksi benih dengan cara merendam benih pada larutan garam dengan konsentrasi 5 persen,” ujar Irwan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Irwan menambahkan benih yang baik dan siap tebar merupakan benih yang terendam dan ditambahkan aplikasi P polymyxa sebelum benih ditebar. Selanjutnya lakukan aplikasi P. polymyxa pada umur tanaman 2, 4 dan 6 minggu setelah tanam (MST).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kedepan, lanjutnya, diharapkan petani menggunakan varietas tahan penyakit blas seperti Inpari dan melakukan tanam serentak. Pasalnya pada saat ini petani umumnya menanam varietas Ciherang yang merupakan varietas rentan blas.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Apabila varietas rentan blas tidak diganti atau dilakukan pergiliran varietas, dikhawatirkan produksi padi tetap rendah karena serangan penyakit ini,” jelas Irwan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kegiatan bimtek dilanjutkan dengan Gerdal melakukan aplikasi P. polymyxa dengan konsentrasi 5 cc/L di pertanaman padi pada saat umur 2 MST. P. polymyxa merupakan agens pengendali hayati (APH) yang cukup efektif untuk mengendalikan penyakit blas.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Rekomendasi pengendalian penyakit blas oleh BBPOPT telah diuji di daerah endemis blas menggunakan P. polymyxa pada luasan 25 ha di Kabupaten Purwakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi P. polymixa mampu menekan penyakit blas dengan intensitas serangan 15,11% menjadi 0%.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Terpisah, Kepala BBPOPT Enie Tauruslina menjelaskan pengamanan produksi merupakan salah satu upaya Kementan untuk menjaga agar produksi tetap aman. Sesuai arahan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi bahwa pertanaman tidak semata-mata bagaimana menanam saja namun proses sampai dengan panen itu harus dijaga juga.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lanjut Enie, Kementerian Pertanian dibawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo terus bergerak melakukan upaya percepatan tanam sebagai langkah antisipasi musim kemarau.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Pertanian ini kan usaha yang beresiko gangguan hama, penyakit dan bencana banjir kekeringan. Bagaimana cara antisipasinya harus dikuatkan dari sisi pengamanan produksinya,” jelas Enie.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Semua harus bergerak bersama. Dari percepatan tanamnya, upaya pengamanan produksinya sampai pascapanen dan hilirisasi bersinergi untuk pemenuhan pangan,” tambahnya.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *