Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

26 July 2018

Kepala Puslitbangtan : Benih Kualitas Buruk yang Beredar Terindikasi Palsu

Kepala Puslitbangtan : Benih Kualitas Buruk yang Beredar Terindikasi Palsu
26 July 2018

Kepala Puslitbangtan : Benih Kualitas Buruk yang Beredar Terindikasi Palsu

Pilarpertanian - Pilar – Produksi benih sumber (tetua) varietas unggul padi, jagung dan kedelai (Pajale) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah terstandarisasi ISO 9001:2015, sehingga kualitasnya tinggi dan terjamin.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), Dr. Ir. Moh. Ismail Wahab, M.Si menyampaikan hal tersebut untuk menjawab adanya berita bahwa kualitas benih jagung hibrida Balitbangtan yang kurang baik.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Benih bantuan yang disalurkan kepada petani merupakan benih sebar (F1) produksi mitra lisensor. UPBS (Unit Pengelola Benih Sumber) Balitserealia hanya menyediakan benih tetua (parents seed) yang terjamin kualitasnya,” kata Ismail di Jakarta pada Kamis (26/7/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dia menegaskan bahwa benih kualitas buruk yang beredar terindikasi merupakan benih palsu. Hal tersebut berdasarkan laporan verifikasi Tim Gabungan Balitbangtan, Mitra Lisensor, dan Dinas Pertanian Kabupaten tempat ditemukan benih berkualitas buruk tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut Ismail menerangkan, pada rapat kerja antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian pada 19 Januari 2017 lalu, memutuskan penyediaan benih jagung hibrida untuk bantuan disepakati 40% atau setara 3 juta hektar, merupakan hasil karya anak bangsa. Untuk itu, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memberi amanat kepada Balitbangtan untuk ikut berperan dalam penyediaan bantuan benih jagung hibrida.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menjawab amanat tersebut, Balitbangtan melalui Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitserealia) menyediakan benih varietas unggul baru (VUB) jagung hibrida. VUB berproduktivitas tinggi dengan rata-rata hasil 10,1 ton/ha (8,3-12,2 ton/ha) meliputi Bima 3, Bima 9, Bima 10, Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang, Bima 16, Bima 19 URI, Bima 20 URI, JH-27, HJ 21 Agritan, dan HJ 22 Agritan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
UPBS Balitserealia memproduksi benih tetua (parents seed), yang selanjutnya diperbanyak menjadi benih sebar (F1) oleh mitra lisensor. Benih tetua yang dihasilkan UPBS Balitbangtan berkualitas tinggi dan terjamin.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sedangkan kegiatan produksinya sesuai dengan ISO 9001:2015 yang dikawal langsung oleh peneliti pemulia jagung.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara lisensor sebagai mitra Balitbangtan penghasil benih sebar bagi petani akan mengajukan sertifikasi benih jagung kepada Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSB) yang ada di setiap kabupaten.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dan BPSB akan melakukan pengawasan produksi, uji lapangan dan laboratorium sebelum memutuskan benih sesuai standar atau tidak untuk diberi label.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Balitbangtan sebagai inventor tetap terlibat dalam pengawasan/quality control agar benih diproduksi sesuai SOP Balitbangtan sehingga benih yang dihasilkan terjamin mutu dan kualiasnya,” tegas Ismail.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Benih sebar (F1) produksi mitra lisensor tersebut dibagikan sebagai benih bantuan untuk ditanam oleh petani. Dan benih jagung hibrida yang diproduksi lisensor dengan standar mutu yang baik sesuai sertifikasi BPSB juga dapat dimasukkan di dalam e-catalog agar dapat mengikuti program bantuan benih dari pemerintah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Para petani yang akan menerima benih bantuan juga telah diverifikasi oleh dinas pertanian dan tercantum dalam daftar Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL). Orientasi pertanaman jagung adalah pengembangan kawasan, sehingga kondisi CPCL bisa beragam dari yang perlu bantuan hingga yang mampu mandiri. Karena itu, ditemukan beberapa kasus petani mampu terdaftar sebagai penerima bantuan benih.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada tahun 2017 ada beberapa masalah teridentifikasi dalam pengadaan bantuan benih jagung hibrida. Berkembang informasi di lapangan bahwa varietas benih jagung hibrida Balitbangtan berkualitas buruk.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hasil verifikasi bersama oleh tim Balitbangtan, Mitra Lisensor dan Dinas Pertanian Kabupaten menemukan adanya benih palsu yang rusak dan berjamur. Kejadian tersebut terjadi di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Buol, Sulawesi Tengah yang benihnya berasal dari Jawa Timur.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Benih yang rusak menggunakan nama varietas jagung hibrida Balitbangtan, serta merek dagang dan kemasan yang merupakan mitra lisensor Balitbangtan. (AWA/EDA).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *