Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

12 April 2018

Mengenal Beras Ramping Slender yang Lebih Disukai Pasar

Mengenal Beras Ramping Slender yang Lebih Disukai Pasar
12 April 2018

Mengenal Beras Ramping Slender yang Lebih Disukai Pasar

Pilarpertanian - Pilar – Kami jual beras ramping (slender) ke pasar lebih mahal dari pada beras bulat (bold). “Beras ramping harganya Rp 8.500/kg dan beras bulat hanya Rp 8.000/kg”, kata Wawan Setiawan ST. Sarjana teknik pemilik PB Huda Perkasa, di Majalengka, Rabu (11/4/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ia mengatakan, beli gabahnya ke petani juga lebih mahal gabah ramping daripada yang bulat. Sebab, berdasarkan pengalamannya, beras ramping juga bisa masuk kualitas premium dengan harga Rp 9.000/kg, sedangkan beras bulat hanya bisa masuk kualitas medium dengan harga Rp 8.030/kg, ungkap Wawan menambahkan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Wawan menjelaskan bahwa beras ramping biasanya berasal dari varietas Ciherang, Mekongga, Inpari dan lain-lain. Sedangkan beras bulat berasal dari varietas Cibatu, Cilamaya Muncul dan lain-lain. Semua varietas tersebut ditanam oleh petani Majalengka, meskipun Ciherang tetap merupakan varietas favorit petani. Tapi menurut Hasan, petani dari Desa Ligung Kec.Ligung, Ciherang itu rasanya enak, produktivitasnya tinggi, dan harga jualnya bagus.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara Dr Indrastuti, pemulia padi dari Balai Besar Litbang Padi, Sukamandi mengatakan bahwa semua varietas tersebut adalah produk Badan Litbang Pertanian, kecuali Cibatu memang varietas lokal. Ada lagi varietas Batutegi, tanamannya tinggi, kokoh, malai panjang, lebat, daun agak lebar, jumlah butir per malainya banyak, dan gabahnya bulat. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dalam hal rasa sebenarnya Ciherang (ramping) dan Cilamaya Muncul (bulat) sama-sama pulen dengan kandungan amilosa medium sekitar 20%”, kata Indrastuti menambahkan. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hanya saja para pemilik penggilingan atau RMU lebih menyukai beras ramping karena umumnya RMU diseting untuk beras ramping. “Kalau mau menggiling beras bulat maka perlu seting ulang yang memerlukan waktu”, kata Indrastuti.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Saat ini panen padi di Kabupaten Majalengka hampir selesai. “Tapi Alhamdulillah kami masih dapat pasokan gabah dari kabupaten tetangga yaitu dari Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon”, kata Wawan menambahkan. Hal ini diamini oleh Muhammad Yunus pemilik PB Sri Wulan. Pabrik beras kami tetap beroperasi hingga panen musim gadu nanti, meskipun kami harus cari gabah ke Jateng seperti Demak dan Kudus karena disana panen musim gadunya lebih awal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Keuntungan bisnis beras sebetulnya tidak terlalu besar, hanya sekitar Rp 40-50/kg, jadi kalau bisa untung hingga Rp 100/kg itu sudah hebat kata Haji Dadang Rahmana pemilik PB Sri Ratna. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Padahal bisnis ini memerlukan modal besar. Coba saja hitung, bila kita beli gabah 200 ton kering jemur petani (KA sekitar 16-17%) dgn harga Rp 5.000/kg maka perlu modal sekitar 1 milyar. Bila rendemen gabah ke beras sekitar 60% maka keuntungan tersebut hanya Rp 5-6 juta kata Dadang. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Prof. Dedi Nursyamsi Kepala Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) Bogor sekaligus anggota Tim Sergap Jabar mengatakan bahwa pengusaha beras memperoleh keuntungan bukan hanya dari selisih biaya penjualan dan biaya produksi beras tapi ada keuntungan lain. Para pengusaha beras umumnya memiliki RMU (rice miling unit), pengering (drier), kendaraan truk, dan lain-lain. Dengan demikian biaya produksi penggilingan, pengeringan, dan transportasi, dan lain-lain akan kembali ke kantong mereka sebagai jasa. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain itu menurut Dedi, para pengusaha beras juga mendapat keuntungan dari hasil samping (by product) RMU. Mereka bisa menjual dedak, bekatul, dan menir kepada para peternak itik untuk pakan. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hanya saja hingga saat ini mereka belum bisa memanfaatkan limbah sekam padi. Dedi mengatakan bahwa sekam padi bisa dibuat pupuk biosilika. Pupuk ini sangat diperlukan tanaman padi terutama di tanah-tana tua seperti Oxisol, Ultisol, dan lain-lain. 
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di Taiwan, sekam padi dibuat biochar untuk energi pemanas drier saat pengeringan padi. Bahkan RMU yang kapasitasnya besar bisa menjual sebagian biochar nya ke PLN nya Taiwan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sedangkan untuk mengamankan pangan nasional, Haji Bebeng siap memasok beras ke Bulog. Sebab, selain pemilik PB Bakti Rizki, H. Bebeng juga merupakan mitra Bulog yang memberikan kontribusi beras terbesar di Sub Divre Cirebon. Tahun lalu saja Bebeng setor beras ke Bulog sekitar 5.000 ton.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Saya hanya menjual beras ke Bulog saja tidak ke tempat lain, karena harganya pasti dan prosesnya mudah dan cepat. Bila GD1M (rekap pemasukan beras) dari gudang diterima, maka langsung diproses ke kantor Sub Divre Cirebon dan hari itu juga uang bisa dicairkan di BRI”, kata Bebeng.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *