Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

11 May 2021

Mentan SYL : Porang Bisa Jadi Booster Sektor Pertanian

Mentan SYL : Porang Bisa Jadi Booster Sektor Pertanian
Foto : Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo Saat Bersama Jajaran Dinas Pertanian, Industri, Eksportir, dan Petani Porang Membahas Langkah Upaya Pengembangan Komoditas Porang di Ruang Rapat AWR Kementerian Pertanian.
11 May 2021

Mentan SYL : Porang Bisa Jadi Booster Sektor Pertanian

Pilarpertanian - Pemerintah tahun ini akan serius menggarap porang sebagai program super prioritas. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat bersama jajaran dinas pertanian, industri, eksportir dan petani porang membahas langkah upaya pengembangan komoditas porang di ruang rapat AWR Kementan hari Selasa (11/5).

Tanaman porang, saat ini memang sedang menjadi primadona karena fungsinya yang beragam. Kandungan terbesar berupa glukomanan dapat digunakan sebagai pangan fungsional untuk diet, anti diabetes dan kolesterol, farmasi, media tanam, kosmetik dan masih banyak manfaat lainnya.

Bahkan beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi secara khusus meminta Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan serius mengembangkan porang dan sarang burung wallet. Tidak mengherankan karena nilai ekspornya diakui semakin meningkat.

Pada kesempatan tersebut, SYL berharap porang dan sarang burung wallet menjadi booster baru untuk menjadi pendapatan baru sektor pertanian. “Porang ini sebelumnya adalah komoditas di kehutanan dan tahun lalu kita ambil alih menjadi komoditas binaan Kementerian Pertanian. Alhamdulillah setelah kita ambil alih terjadi peningkatan budidayanya, seperti porang ini dari luas tanam semula 19 ribu hektar naik jadi 47 ribu hektar,” ujarnya.

Mentan SYL menyatakan siap kembangkan porang dan sarang burung wallet sebagai penguatan akselerasi pertanian. “Mulai hari ini setiap jajaran dinas pertanian dorong produksi porang dan sarang burung walet. Mumpung harga masih mahal ayo kita tanam cepat-cepat,” sebut SYL.

Ia menambahkan porang bukanlah tanaman baru, bisa tumbuh dimana saja, tidak terlalu sulit pemeliharaan dan hasilnya tinggi. Maka dari itu, Kementan ingin tangani secara serius dari hulu hilir. Modalnya, bibitnya, budi daya, pelatihan, pemeliharaan sampai dengan pasca panennya.

SYL berharap budi daya porang menjadi bentuk kawasan luas. “Saya akan senang jika ada yang konsentrasi sampai 1.000 hektar. Segera akan saya undang Bupati-Bupati yang berminat untuk kita lakukan komitmen bersama membangun porang ini,” tandas SYL. Ia meyakinkan sepanjang skala ekonomi memenuhi maka pemerintah akan mengawal untuk permodalannya.

Arahnya tahun ini konsentrasi ekspor dalam bentuk chip maupun tepung, tahun kedua olah sendiri, tahun ketiga industrinya dibuat sendiri dari dalam negeri. Permintaaan dari 22 negara meledak maka sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan. Mentan kembali menekankan tidak ada ekspor bibit keluar karena itu tanaman asli Indonesia yang harus dijaga kelestariannya.

Di tempat yang sama, Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan pendekatan membangun porang harus skala kawasan. Sebaran terbesar saat ini di Jatim, NTT, Sulsel, Jateng dan NTB. “Kami ingin kelompok tani supaya bermitra dengan industri. Harapannya, petani tidak menjual basah, bisa ke bentuk chips bahkan tepung,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Revie Christianto Gozali Direktur Utama PT Asia Prima Konjac, salah satu eksportir porang mengatakan siap menampung hasil panen petani porang dari seluruh Indonesia. Dalam setahun, pabrik itu baru mendapat sekitar 20 ribu ton dan dinilai masih kurang. “Jadi kami memang pertama di Madiun untuk menampung produksi umbi porang yang makin meningkat kebutuhannya,” ujar Direktur Utama PT Asia Prima Konjac, Revie Christianto Gozali.

“Kami selaku perusahaan mengapresiasi upaya pemerintah untuk mendukung peningkatan produksi porang dalam negeri, khususnya bapak Menteri Pertanian”.

Berdasarkan pengalamannya, peluang porang saat ini masih sangat besar dan Revi yakin bahwa Porang Indonesia mampu memenuhi pasar dunia. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para eksportir yaitu mampu menjaga kualitas produknya.

Revi meminta para eksportir porang untuk dapat memperhatikan kualitas dari porang yang akan diekspor, kasus masa lalu tidak boleh terulang dimana ekspor porang asal Indonesia ditolak masuk ke China dikarenakan tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan.

“Dengan menjaga kualitas, saya rasa kita mampu memenuhi kebutuhan pasar, karena potensi sumber daya alam dan pemerintahnya mendukung” pungkas revi.

Sebagai gambaran, Kementan menargetkan luas tanam porang bisa mencapai 100.000 ha dan ekspor 92,755 ton chip kering. Ekspor saat ini tercatat ke 16 Negara dan terbesar ke China.

Berdasarkan data BPS nilai ekspor produk pertanian naik 15,54% tahun 2019 sebesar Rp. 390,16 T menjadi Rp. 450,79 T. Khusus untuk porang berkontribusi tahun 2019 sebesar 11,721 ton dengan nilai Rp. 644 M meningkat pada tahun 2020 menjadi 20.476 ton dengan nilai Rp. 924,3 M.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *