Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

08 December 2019

Optimalkan Lahan, Mentan Syahrul Sarankan Lakukan Intercropping

Optimalkan Lahan, Mentan Syahrul Sarankan Lakukan Intercropping
Foto : Mentan Syahrul Yasin Limpo saat meninjau perkebunan kakao di Kabupaten Mamuju, Sulbar
08 December 2019

Optimalkan Lahan, Mentan Syahrul Sarankan Lakukan Intercropping

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Fokus Kementerian Pertanian untuk pengembangan kakao ada pada dua hal, peningkatan produktivitas dan perbaikan kualitas yang keberlanjutan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Seperti yang pernah saya sampaikan di Forum Indonesian International Cocoa Conference yang dilaksanakan di Bali beberapa waktu lalu bahwa peningkatan produksi dan produktivitas berbasis kawasan kakao adalah melalui program BUN-500 (perluasan, peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi, GAP dan inovasi teknologi perbenihan modern). Itu strategi yang coba pemerintah tempuh dalam pengembangan kakao,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono saat mendampingi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, meninjau perkebunan kakao di Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Wakil Gubernur Sulawesi Barat, Enny Anggraeni Anwar, yang juga turut mendampingi menjelaskan bahwa pada tahun 2019, di Sulbar telah dilakukan peremajaan kakao seluas 270 hektar dan perluasan kopi 300 hektar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Luas lahan perkebunan di Sulbar yang berpotensi untuk pengembangan kakao, kopi, pala, lada, cengkeh, kelapa sawit ada 635,933 hektar,” ujar Enny.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Saat meninjau, Mentan Syahrul menyarankan untuk dilakukan program intercropping untuk mengoptimalkan lahan dan memberi nilai tambah lebih bagi petani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kalau coklat, kopi dan kelapa, ini kan katakanlah sudah siap ekspor. Maka untuk dibawah 100 hari, bisa ditanam pepaya, kacang, dan juga ternak. Ini yang harus kita tuju besok bahwa mulai dari tanaman 100 hari kita miliki, tanaman jangka panjang juga kita miliki, Ini akan membangun “bargain” petani menjadi lebih kuat. Kami akan menuju ke sana dengan syarat mulai dari Gubernur sampai tingkat Camat harus bekerja sama,” ujar Syahrul.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Seperti diketahui, Indonesia merupakan produsen kakao peringkat 3 dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksi kakao tahun 2018 mencapai 593,83 ribu ton. Sebanyak 380,75 ribu ton kakao berhasil diekspor dengan nilai USD 1,24 milyar. Saat ini, 60% areal kakao Indonesia berada di daerah Sulawesi, di mana dari produksi total nasional tersebut, sekitar 95% merupakan kakao yang di hasilkan oleh perkebunan rakyat pada areal 1,68 juta hektar.(LT).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *