Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

08 September 2020

Pengembangan Korporasi Kedelai di Grobogan Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Pengembangan Korporasi Kedelai di Grobogan Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Foto : Petani di Kecamatan Ngaringan Menanam Kedelai dengan Menerapkan Sistem Tanpa Olah Tanam (TOT).
08 September 2020

Pengembangan Korporasi Kedelai di Grobogan Tingkatkan Kesejahteraan Petani

Pilarpertanian - Kabupaten Grobogan merupakan daerah penghasil kedelai terbesar di Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 30 persen untuk Jawa Tengah dan 4,9 persen untuk kebutuhan nasional. Ngaringan merupakan salah satu Kecamatan penghasil kedelai terbesar di Grobogan. Petani di Kecamatan Ngaringan yang menanam kedelai dengan menerapkan sistem Tanpa Olah Tanam (TOT). Biasanya setelah panen padi, petani langsung sebar benih. Hal ini untuk menghemat biaya tenaga kerja tanam dan lebih efisien.

Petani di Ngaringan menanam kedelai pada awal Agustus lalu hingga akhir musim tanam (MT) III ini terdapat tanaman kedelai seluas 535 hektar (ha) di Kecamatan Ngaringan. Terdiri dari Desa Belor 196 ha, Desa Ngarap-arap 209 ha dan Desa Tanjungharjo 130 ha. Varietas yang ditanam Varietas Grobogan, Gepak Ijo dan Anjasmoro.

“Alhamdulillah tahun ini, petani bersemangat tanam kedelai walau kondisi masih pandemi Covid-19. Cuaca juga mendukung, ketersediaan air cukup karena pada awal tanam masih ada hujan kiriman,” kata Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Ngaringan, Moh Matamari di Desa Belor, Grobogan, Selasa (8/9/2020).

Matamari menambahkan, kendala yang dihadapi petani kedelai saat ini adalah persiapan yang belum optimal karena adanya pembangunan jaringan. Selain itu, serangan OPT seperti ulat penggulung daun, penggerek polong dan lainnya, serta ketersediaan benih varietas Gepak Ijo yang bersertifikat sulit didapat.

“Jaringan pipa masih diperbaiki, untuk pengendalian OPT, kami sudah koordinasi dengan POPT untuk dilakukan pengendalian OPT secara bijak dan menggunakan agensia hayati,” katanya.

Sukron, Ketua Poktan Pangudi Makmur saat kami temui di lahan kedelai miliknya mengatakan, “hasil dari pertanaman kedelai kami sampai saat ini cukup menguntungkan, hasil panen biasanya kami jual ke pabrik untuk diolah menjadi susu kedelai, makanan ringan dan sebagian lagi khususnya varietas Gepak Ijo kami jual ke Pasar Tradisional untuk dijadikan kecambah”.

“Kami juga sangat bergembira dengan adanya rencana Kementerian Pertanian melaksanakan program korporasi kedelai di Desa kami, walaupun hasil panen kami selalu ada yang membeli tapi dengan adanya program ini, kami mengharapkan akan mendapatkan hasil yang lebih baik dari penjualan kedelai kami” ujar Sukron.

Terpisah, Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Amirudin Pohan menyatakan pertumbuhan tanaman kedelai di Kecamatan Ngaringan saat ini cukup memuaskan sehingga perkirakan produktivitasnya tinggi. Saat ini, kebutuhan kedelai nasional sangat besar, jadi tidak bisa terus-menerus memenuhi kebutuhan kedelai tersebut dengan mengimpor kedelai dari luar negeri.

“Kedelai lokal adalah solusi terbaiknya. Untuk itu, salah satu upaya yang kami lakukan adalah mengembangkan korporasi petani kedelai, dimana nantinya petani dapat secara mandiri meningkatkan kualitas pertanaman sampai dengan kerja sama yang solid dalam pemasaran hasil yang tentunya akan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri,” jelas Amir.

Amir mengaku bangga dengan semangat petani kedelai di Kecamatan Ngaringan. Oleh karena itu, Kementan akan terus mengawal agar produksi kedelai tercukupi melalui program-program pemerintah, baik dari pusat maupun daerah.

“Melalui pengembangan korporasi ini, petani dapat mengelola usaha budi daya kedelai secara komprehensif mulai dari hulu sampai hilir, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya,” cetus Amir.

Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi menjelaskan penumbuhan dan pengembangan korporasi petani diyakini mampu mewujudkan kelembagaan ekonomi petani yang bersifat korporat (badan usaha) di kawasan pertanian. Hal ini bertujuan untuk menjadikan petani berdaulat dalam mengelola keseluruhan rantai produksi usaha tani. Petani tidak hanya berdaulat dalam pengelolaan on farm, tetapi juga pengolahan atau off farm dan pemasaran hasil usaha tani.

“Seluruh jajaran Kementan dari pusat sampai daerah harus bahu membahu untuk aktif membantu petani dalam mengembangkan korporasi petani kedelai ini,” katanya.

Suwandi menegaskan, hal ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa pengembangan komoditas pertanian seperti kedelai, jagung dan komoditas perkebunan seperti kelapa harus dikelola dengan model korporasi petani. Semua pelaku usaha mendapat manfaat dari program ini terutama peningkatan kesejahteraan petani.

“Petani memperoleh layanan sarana produksi dan modal, terlindungi asuransi dan ada kepastian pasar dan jaminan harganya,” tandasnya.(ND)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *