Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

05 March 2019

Pertama Kali, Kementan Lepas Vanili dari Yogya ke Amerika Serikat

Pertama Kali, Kementan Lepas Vanili dari Yogya ke Amerika Serikat
05 March 2019

Pertama Kali, Kementan Lepas Vanili dari Yogya ke Amerika Serikat

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Untuk pertama kalinya Gubernur D.I Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama Kementerian Pertanian yang dalam hal ini diwakili oleh Badan Karantina Pertanian melepas ekspor komoditas yang digunakan sebagai pemberi aroma ini ke Amerika Serikat. Budidaya secara organik dan proses paska panen lebih rumit dibandingkan tanaman lain, konon menyebabkan komoditas perisa yang disukai hampir oleh seluruh penduduk dunia ini menjadi mahal. Petani vanili patut berbangga juga karena panen vanili yang terus dikawal oleh Karantina Pertanian Yogyakarta ini dapat terus dikirim ke mancanegara. “Kami sangat mengapresiasi kerja keras ini, produk berlimpah dan kualitas sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor,” kata Kepala Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Sujarwanto yang hadir mewakili Kepala Badan Karantina Pertanian saat menyerahkan Surat Kesehatan Tumbuhan atau Phytosanitary Certificate (PC) kepada eksportir PT. Agri Spice Indonesia di kantor Karantina Pertanian Yogyakarta (5/3).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hal senada juga disampaikan oleh Gubernur Yogyakarta melalui sambutannya yang diwakili oleh Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi Pembangunan Pemda DIY, Pudji Raharjo bahwa kegiatan pelepasan ekspor komoditas pertanian unggulan ini searah dan program dari pemerintah daerah. Petani merupakan pahlawan devisa negara dan pemerintah daerah didukung pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian akan terus bersemangat untuk melanjutkan program pemerintah dan terus memproduksi terutama karena adanya pendampingan secara budidaya, pemasaran bahkan untuk pasar ekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pelepasan ekspor vanili kali ini jumlahnya sebanyak 5 ton dengan nilai mencapai 26,8 milyar rupiah. Menurut Kepala Karantina Pertanian Yogyakarta, Ina Soelistyani data ekspor vanili selama 3 bulan terakhir masing-masing 2,4 ton pada bulan Desember 2018, 1,4 ton pada bulan Januari 2019 dan 2,2 ton di bulan Februari 2019. Dengan negara tujuan ekspor selain Amerika Serikat masing-masing adalah Negara Republik Chechnya, Antigua dan Barbuda, Thailand, Bulgaria, German, Denmark, India, Perancis, Belanda, Korea Selatan, Filipina dan Singapura, tambahnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tiga komoditas lain asal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga dilepas ekspornya bersama vanili adalah buah cengkeh kering, gula merah serbuk dan buah salak segar. Adapun besaran volume dan nilai untuk masing-masing komoditas tersebut adalah sebagai berikut, cengkeh dengan volume 10 ton senilai 1, 192 milyar rupiah, gula kelapa serbuk dengan volume 10 ton senilai 335 juta rupiah serta buah salak segar dengan volume 7,8 ton senilai 136,5 juta rupiah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ina menambahkan negara tujuan ekspor untuk komoditas tersebut adalah Belanda, Arab saudi, India, Kuwait, USA, Uni Emirat Arab untuk cengkeh. Untuk volume ekspor di tahun 2018 berfluktuasi dengan volume tertinggi di bulan Desember sebanyak 214,7 ton senilai 24, 842 milyar rupiah. Gula merah serbuk diekspor ke negara USA, Bulgaria, Belgia, Estonia, Afrika selatan dan Kanada dengan volume ekspor di tahun 2018 berfluktuasi dengan volume tertinggi di bulan Agustus sebanyak 168,6 ton senilai 5,648 milyar rupiah. Dari data yang dikompilasi oleh Karantina Yogya dapat dilihat bahwa tren ekspor beberapa komoditas unggulan meningkat dari tahun ke tahun khususnya untuk komoditas kayu lapis, buah salak, cengkeh, gula merah, getah damar, rotan dan kayu olahan. Komoditas kayu lapis meningkat sebesar 1.142%, buah salak meningkat sebesar 184%, cengkeh meningkat sebesar 235%, gula merah meningkat sebesar 149% ,getah damar sebesar 136%, rotan meningkat sebsar 596% dan kayu olahan sebesar 15.396 %. Hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan sekaligus tantangan ke depan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan ekspor, tidak hanya pada komoditas unggulan tetapi juga komoditas potensial lainnya, tambah Kepala Karantina Pertanian Yogyakarta.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara untuk buah salak yang merupakan buah eksotis unggulan dari Kaupaten Sleman menjadi komoditas ekspor yang telah dikawal oleh Karantina Yogyakarta sejak tahun 2010. Layanan cepat berupa inline inspection menjadikan komoditas yang akan diekspor dapat dilakukan pemeriksaan karantina di lokasi pemilik sehingga mempercepat proses bisnisnya. Adapun negara tujuan ekspornya adalah Kamboja, Cina, Thailand, Malaysia dan USA. Di tahun 2018 eksporpun berfluktuasi dengan volume tertinggi di bulan Desember sebanyak 108, 4 ton dan meningkat lagi di bulan Januari 2019 sebanyak 118,7 ton dengan nilai mencapai 2,08 milyar rupiah.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pelaksanakan tindakan karantina yang dilakukan sesuai dengan standar layanan perkarantinaan dan sumber daya manusia yang mumpuni sangat membantu dalam pelaksanaan akselerasi ekspor produk pertanian. ”Barantan sebagai perpanjangan tangan dari Kementan terus lalukan upaya akselerasi ekspor melalui inline inspection dan program Agro Gemilang,” pungkas Sujarwanto.(OBN)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *