Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

13 September 2017

Pertanian Jadi Andalan Mengatasi Ketimpangan

Pertanian Jadi Andalan Mengatasi Ketimpangan
13 September 2017

Pertanian Jadi Andalan Mengatasi Ketimpangan

Pilarpertanian - Pilar – SEKTOR pertanian, tak dapat disangkal lagi merupakan elemen yang berperan sangat penting dalam gerak pertumbuhan ekonomi sebuah bangsa, termasuk Indonesia. Peran sektor pertanian menjadi semakin kokoh ketika alur kran perdagangan dunia kian terbuka dan setiap negara meletakkan pertanian mereka sebagai ‘senjata’ utama dalam membangun sistem ketahanan bangsa.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Saat ini, pertanian Indonesia semakin menunjukkan peran pentingnya dalam memberi kontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia . Pernyataan ini bukanlah sekadar isapan jempol semata. Fakta ini terungkap dalam laporan kinerja ekonomi RI pada triwulan II 2017 yang di sampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa pekan lalu.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Laporan BPS menyebutkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai Rp 3.366,8 triliun. Ekonomi Indonesia triwulan II-2017 dibandingkan triwulan II-2016 (y-o-y) tumbuh 5,01 persen dan dibandingkan triwulan I-2017 (q to q) tumbuh sebesar 4,00 persen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut, bila dilihat dari sisi produksi maka sektor pertanian merupakan sektor kedua yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, setelah industri pengolahan, dan masih di atas sektor perdagangan. Untuk triwulan II-2017 ini, sektor pertanian dalam arti luas menyumbang sebanyak 13,92 persen, sementara pada triwulan-I 2017 kontribusinya 13,59 persen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Memang tidak bisa dipungkiri, dalam pemerintahan Jokowi-JK, sektor pertanian menjadi perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Target swasembada pangan dan kedaulatan pangan adalah janji pemerintahan ini saat kampanye Pilpres 2014 lalu. Bahkan dalam visi-misi Nawacita yang didengungkan dan menjadi landasan pijak arah pembangunan pemerintahan Jokowi-JK, sektor pertanian merupakan bagian yang yang diletakkan sebagai program unggulan dan menjadi prioritas.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan demikian, perhatian besar pemerintahan Jokowi-JK di sektor pertanian kemudian tertuang dalam besarnya anggaran yang dialokasikan serta kebijakan sektor pertanian yang langsung menyentuh kemaslahatan petani. Setidaknya data dari berbagai sumber selain BPS seperti data yang dirilis Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia dan Pasifik, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) serta survey beberapa lembaga independen menunjukkan bahwa sejak 2015 hingga sekarang petani yang menjadi tulang punggung sektor pertanian memperlihatkan kegairahan kembali dan dengan sendirinya merasakan dampak langsung dari program tersebut.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk mengimplementasikan hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman membuat berbagai terobosan kebijakan dan menargetkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia 2045.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam mencapai misi tersebut, Kementan tempatkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian. Kementan hadir sebagai fasilitator pembangunan yang berperan untuk memberdayakan dan mendukung petani secara maksimal serta mendorong partisipasi aktif petani dalam mencapai swasembada pangan seraya meningkatkan kesejahteraan mereka. Kementan menempatkan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani sebagai dua tujuan utama Kementan yang saling berkaitan. Program mencapai swasembada pangan sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Guna mewujudkan Nawa Cita dan Roadmap jangka panjang, beberapa kebijakan strategis yang dijalankan antara lain, (1) merevisi regulasi yang menghambat, (2) membangun infrastruktur irigasi 3,2, juta hektar, cetak sawah dan mekanisasi secara besar-besaran dengan alat dan mesin pertanian minimal 80 ribu unit pertahun, (3) memperkuat sistem budidaya dan pasca panen, (4) penataan tata niaga pangan, (5) pengendalian impor dan mendorong ekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam kerja ini, Kementan menjalankan pendekatan bottom-up planning dimulai dari identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani di lapangan sebagai bagian penting dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan pertanian. Karena itu, kebijakan dan program yang dijalankan Kementan didasarkan pada kondisi lapangan dan dilakukan melalui pendekatan kesisteman (system approach).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari pendekatan kesisteman tersebut, secara berturut-turut merevisi regulasi yang menghambat, membangun infrastruktur, mekanisasi pertanian, perbaikan teknis produksi, pendampingan dan penguatan SDM, penanganan pasca panen, serta pengendalian harga adalah parameter pengungkit yang mendapat prioritas dalam penyusunan program terobosan sesuai kebutuhan lapang. tiasa mendorong berbagai inovasi di sektor pertanian. Pengembangan inovasi yang dikembangkan oleh Kementan memiliki syarat penting, yaitu memenuhi unsur pemenuhan kebutuhan petani sebagai pengguna inovasi dan pelaku utama pertanian secara spesifik lokasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kerja dan Kontribusi Nyata
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dengan terobosan kebijakan tersebut, berbagai indikator telah mulai menampakkan hasilnya. Pertama, penduduk miskin di perdesaan September 2016 sebesar 17,28 juta jiwa turun dari September 2015 sebesar 17,89 juta jiwa. Kedua, Gini Rasio September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329; ketiga Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06% dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59 dan keempat Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 berada di posisi tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Meskipun NTP bukan merupakan indikator kesejahteraan terbaik, namun, setidaknya indikator ini mampu menggambarkan kemampuan daya beli petani, Wajar lah NTP berfluktuasi antar bulan dalam setahun, karena terkait dengan musim tanaman. Indikator terkini juga menunjukkan angka yang cukup baik, yakni NTP Juli 2017 naik 0,12 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Upah buruh tani secara nominal naik 0,18 persen dan secara riil naik 0,03 persen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Masih banyak program-program yang manfaatnya dirasakan ke petani. Pertama, rehabilitasi jaringan irigasi tersier 3,4 juta hektar berdampak meningkatkan indeks pertanaman, Kedua, bantuan traktor dan alat mesin pertanian 80.000 unit pertahun berdampak menghemat biaya produksi, hemat tenaga, waktu kerja lebih cepat, menurunkan susut hasil dan lainnya. Ketiga, asuransi usaha tani 1,0 juta hektar melindungi petani dari gagal panen, Keempat membangun 19.400 embung dan longstorage untuk multi fungsi kegiatan pertanian karena ada air berarti ada kehidupan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hasilnya dari program adalah luas tanam padi 2016 naik 1,05 juta hektar dibandingkan 2015 dan jagung juga naik 862 ribu hektar. Dengan demikian produksi padi dan jagung naik fantastis. Kinerja ini diakui Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia dan Pasifik mengatakan FAO menghargai keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras 2016.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hasil kerja keras swasembada pangan dan sekaligus mengangkat kesejahteraan petani menjadi bukti bahwa dalam pemerintahan Jokowi-JK, pertanian adalah pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi sekaligus menjadi andalan dalam mengatasi ketimpangan. Ini merupakan komitmen Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang memang pantas diapresiasi. Menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dan meletakkan petani sebagai ‘garda depan’ pembangunan.***(RS).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
 

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *