Petani Sragen : Stok Beras di Daerah Kami Cukup, Tidak Perlu Impor
Petani Sragen : Stok Beras di Daerah Kami Cukup, Tidak Perlu Impor
Pilarpertanian - Petani Sragen ramai-ramai menolak rencana importasi beras akibat stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) Bulog yang kosong. “Ketahanan Pangan di daerah kami aman atau cukup. Kepada pemerintah saya berharap tidak melakukan impor beras,” hal ini disampaikan Suroto, Petani Desa Sidodadi, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
Suroto juga mengungkapkan harapannya kepada Bulog agar bisa membeli gabah dari petani dengan harga pasaran, karena menurutnya memang saat ini yang mengakibatkan harga sedikit mahal salah satunya disebabkan karena biaya produksi yang tinggi.
“Saat ini di Desa Sidodadi sedang ada panen raya seluas 269 ha, dengan rata-rata hasil 7,5 ton/ha. Untuk itu saya rasa tidak perlu impor beras karena pasti akan merusak dan menurunkan harga gabah petani,” tambah Suroto di sela-sela melakukan panen padi.
Sementara itu Fakih Hanafi, salah satu pemilik penggilingan padi di Kecamatan Masaran, mengatakan bahwa stok beras memang saat ini masih tersedia, di Gudang miliknya pribadi ada stok kurang lebih 45 ton dan menurutnya di penggilingan-penggilingan lain pun memiliki stok yang hampir sama dan petani di daerah nya juga banyak yang menyetok padinya untuk kebutuhan pribadi maupun di jual setiap ada kebutuhan.
“Stok saat ini menurut saya aman, untuk sampai awal tahun 2023 rasanya masih cukup, nanti di pertengahan Januari sudah ada yang mulai panen dan di bulan Februari mulai panen raya. Jadi tidak perlu lah impor beras dari luar negeri nanti yang mau beli gabah petani siapa,” pungkas Fakih.
Hal yang sama di ungkapkan oleh beberapa pengamat yang tidak menyetujui isu impor beras, salah satunya Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, yang mengatakan Perpadi telah menawarkan berkali-kali agar Bulog bekerja sama dengan penggilingan beras yang kecil bukan hanya yang besar-besar saja. Ini agar Bulog mendapat posisi tawar yang kuat dalam segi pengadaan stok beras dan tidak bisa dipermainkan oleh perusahaan yang besar.
“Saya memegang data BPS diperkirakan sampai akhir Desember 2022 ini kita memiliki 8 juta ton beras. Sampai saat ini berdasarkan data yang saya himpun penggilingan beras besar masih menyimpan 20 ribu ton, penggilingan sedang 700 – 5 ribu ton dan kecil ada 1-2 ton setiap harinya.
Oleh karena itu, keputusan Impor beras dikarenakan stok tidak ada sangat tidak tepat karena kita memiliki surplus. “Menurut saya hingga Januari 2023 sangat cukup malah, ini kesempatan Bulog untuk melepas stok lama karena Februari-Mei 2023 nantinya mampu menangkap stok beras yang baru dari petani saat panen raya,” ungkapnya.(ND)