Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

20 July 2020

Tanpa Air, Sorgum di Mojokerto Tetap Tumbuh Subur

Tanpa Air, Sorgum di Mojokerto Tetap Tumbuh Subur
Foto : Sorgum Bioguma adaptif terhadap kekeringan sehingga cocok ditanam pada musim kemarau sekaligus mendorong diversifikasi pangan non beras.
20 July 2020

Tanpa Air, Sorgum di Mojokerto Tetap Tumbuh Subur

Pilarpertanian - Salah satu kelebihan komoditas tanaman sorgum adalah adaptif kekeringan, hal tersebut dibuktikan langsung oleh Pri Ardi, petani Desa Mojodowo, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Dalam video yang dikirim melalui WhatsApp, Pri menunjukkan kondisi varietas unggul baru Sorgum Bioguma yang tumbuh subur meski tidak mendapatkan air selama kurang lebih 45 hari.

Pri menjelaskan, sejak umur 13 hari sorgum yang ditanam di lahan Perhutani tersebut tidak mendapat air akibat kemarau dan tidak tersedianya sumber air berupa sumur. Namun sorgum tetap tumbuh seragam dan menunjukkan warna hijau yang baik.

“Mulai umur sekitar 13 hari sampai sekarang umur 57 hari tidak ada air sama sekali”, sebutnya pada Minggu (19/07/2020).

Dalam video berdurasi 3 menit 10 detik tersebut, Pri juga membandingkan ketahanan sorgum dengan komoditas lain, termasuk jagung yang ditanam secara bersamaan. Hasilnya, jagung tampak menguning karena tidak tahan kekeringan.

“Sama-sama tidak dapat air, sama-sama tidak dapat minum, tapi sorgum lebih hijau dan lebih subur. Mungkin ini bisa dijadikan rekomendasi buat pada saudara-saudara petani kenapa kita harus mengembangkan sorgum,” ujar Pri.

Selain tahan terhadap kekeringan, Pri juga menilai bahwa menanam sorgum dapat memberi keuntungan lain yakni bisa panen lebih dari sekali. Ratun atau tunas yang dirawat membuat petani tidak perlu melakukan penanaman dari awal, tidak perlu pengolahan lahan, dan tidak perlu biaya untuk penanaman seperti komoditas lainnya.

Sorgum bioguma merupakan VUB rakitan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang dilepas pada pertengahan 2019. Varietas ini memiliki kelebihan berupa potensi hasil biji rata-rata 7 ton per hektar, brix gula dalam batang mencapai 15,5%, volume nira mencapai 122 ml dan biomassa batang 44-54 ton per hektare.

Dari segi manfaat, biji sorgum dapat dijadikan pangan berupa beras dan tepung pengganti terigu. Nira dapat diolah menjadi gula cair, kecap dan bioetanol. Sementara batang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak (silase) dan dapat diratun hingga tujuh kali.

Dengan banyaknya kelebihan yang dimiliki, Kepala Balitbangtan, Dr Fadjry Djufry mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sorgum, khususnya sorgum bioguma rakitan Balitbangtan. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mengenal sorgum sehingga perlu dilakukannya sosialisasi secara terus menerus untuk menstimulasi kebutuhan gandum dan tepung terigu.

“Kalau kita bisa mengembangkan lebih jauh saya pikir kebutuhan pangan dan pakan bisa kita penuhi dari sorgum,” ujar Fadjry.

Pada beberapa kesempatan, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo juga mengampanyekan Gerakan Diversifikasi Pangan sebagai upaya untuk mendorong ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. “Bukan hanya beras yang kita miliki, ada umbi-umbian, jagung, sorgum, sagu, kentang dan lainnya”, kata Syahrul.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *