Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

04 December 2019

Waspadai Ancaman ASF Dari Timor Leste, Kementan Latih Petugas Lapang di NTT

Waspadai Ancaman ASF Dari Timor Leste, Kementan Latih Petugas Lapang di NTT
Foto. Bimtek Penanggulangan Penyakit Hewan Eksotik African Swine Fever (ASF)
04 December 2019

Waspadai Ancaman ASF Dari Timor Leste, Kementan Latih Petugas Lapang di NTT

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya melakukan penguatan sistem pelayanan kesehatan hewan nasional di Indonesia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Salah satu fokus penguatan saat ini adalah terkait upaya pencegahan, deteksi, dan pengendalian penyakit African Swine Fever (ASF) yang merupakan ancaman potensial bagi populasi babi di Indonesia, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dirjen PKH, I Ketut Diarmita menyebutkan penguatan pelayanan kesehatan hewan tersebut penting karena ASF sudah mewabah di Timor Leste.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Antisipasi terhadap kejadian tersebut, Ditjen PKH melaksanakan bimbingan teknis (bimtek) kepada 50 orang petugas lapang yang berasal dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi NTT dan kabupaten/kota yang ada di Pulau Timor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari dari tanggal 4 Desember 2019 di Kupang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Penyebaran penyakit ASF ini sangat cepat dan telah mendekati perbatasan wilayah Negara Republik Indonesia di NTT, sehingga potensi ancaman masuknya penyakit ini semakin besar. Kondisi ini memerlukan kewaspadaan dini dan harus segera diwujudkan dalam bentuk tindakan teknis,” demikian diungkapkan Ketut di Kupang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Oleh karenanya, kata Ketut, sesuai amanat Undang-Undang No.18 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2014, tindakan teknis yang harus dilakukan adalah deteksi cepat, pelaporan cepat dan pengamanan cepat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sangat penting untuk diidentifikasi potensi lokasi timbulnya penyakit dan sebaran populasi babi,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk berhasilnya deteksi, pelaporan dan penanganan cepat, Ketut menyatakan diperlukan adanya pemahaman peternak terkait gejala klinis penyakit ASF. Setiap ada perubahan pada babi yang dipelihara, seperti penurunan nafsu makan dan peningkatan kasus kematian, peternak diharapkan segera melaporkan kejadiannya kepada petugas lapang dinas.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Pemahaman petugas terkait ASFmenjadi kunci utama penanganan yang cepat dan efektif, sehingga kasus dapat ditangani dan meminimalisir kerugian,” tuturnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ketut juga menjelaskan bahwa ASF ini merupakan penyakit yang belum ditemukan vaksin dan obatnya yang efektif, untuk itu tindakan teknis dalam pencegahan, pengendalian dan pemberantasan difokuskan pada surveilans, biosekuriti dan dilanjutkan dengan tindakan depopulasi, disposal dan dekontaminasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melalui bimtek ini, sambungnya, menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan petugas tentang penyakit ASF, serta memberikan kesempatan petugas untuk dapat melakukan praktek langsung di lapangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kompetensi-kompetensi yang dimiliki petugas tersebut sangat penting untuk mengantisipasi ancaman masuk, terjadinya, dan potensi menyebarnya penyakit,” tutup Ketut.(DYN)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *