Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

20 December 2018

Wina Si Montok Dari Bandungan Semarang

Wina Si Montok Dari Bandungan Semarang
20 December 2018

Wina Si Montok Dari Bandungan Semarang

Pilarpertanian - Pilar – Kabupaten Semarang selama ini terkenal dengan ragam kuliner yang bikin ketagihan, mulai dari wingko babat, bandeng presto, lumpia, tahu bakso, tahu gimbal hingga kue mochi. Di balik ragam kulinernya yang selalu dicari pengunjung, kabupaten Semarang juga memiliki potensi buah-buahan yang tidak kalah populer, salah satunya adalah alpukat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Alpukat asal Semarang terdaftar di Kementan dengan nama Wina Bandungan ini mulai banyak dikembangkan di kecamatan Bandungan , kabupaten Semarang sejak 1998. Alpukat ini memiliki keunggulan bobot buah mencapai 1.5 kg/buah, warna daging buah kuning mentega dan tekstur daging buah halus hampir tanpa serat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Catur Wahyudi, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah menyampaikan bahwa alpukat Wina sangat berpotensi untuk dikembangkan di daerah Bandungan Kabupaten Semarang. Saat ini sudah banyak petani yang berminat mengembangkan buah yang berukuran jumbo ini. “Keunggulan lain yang dimiliki buah ini selain dari berukuran jumbo adalah memiliki daya adaptasi tinggi, yaitu dapat tumbuh dengan baik mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi”, jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari angka BPS, Catur menambahkan bahwa produksi alpukat di kabupaten Semarang mengalami peningkatan. Pada 2016 tercatat produksi alpukat sebesar 7.412,3 ton dan pada 2017 mengalami peningkatan menjadi 10.047 ton atau naik sebesar 35,5%. Pemerintah daerah melalui dana APBD I mendukung pengembangan kawasan alpukat di Jawa Tengah seluas 40 – 50 hektar setiap tahun tersebar di Kabupaten Semarang, Boyolali, Temanggung dan Wonogiri.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Tahun 2019 akan diperluas ke kabupaten Jepara dan Grobogan. Hal ini sebagai upaya pemerintah agar alpukat Wina semakin berkembang dan mampu bersaing di pasaran”, jelas Catur.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sariyono, petani asal desa Jetis, kecamatan Bandungan yang mengembangkan alpukat sejak 1998, menceritakan bahwa permintaan pada bulan Desember – April mengalami peningkatan. Petani yang berprofesi sekaligus sebagai penangkar benih ini sangat antusias dalam mengembangkan alpukat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dari segi produktivitas, buah ini mampu menghasilkan 100 kg/pohon pada umur 5 tahun dengan harga rata-rata mencapai 20 ribu/kg. Jika satu hektare terdapat populasi 150 pohon, maka omset yang dapat dihasilkan adalah 300 juta”, kata Sariyono.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dirinya menjelaskan bahwa tidak hanya Wina yang berukuran jombo dengan permintaan pasar tinggi. “Ada juga varietas lainnya seperti Hawai dan Kalibening”, tambahnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih detil Sariyono menjelaskan bahwa sampai saat ini telah berkembang lebih dari 20 Hektar alpukat Wina di Kecamatan Bandungan. Sekarang semakin banyak petani di daerah lain yang termotivasi menanam alpukat Wina. Salah satu contohnya adalah di kabupaten Malang yang mulai mengembangkan seluas lebih dari 40 hektar dengan memanfaatkan lahan milik pemda dan kehutanan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Antusias petani yang semakin meningkat untuk mengembangkan alpukat ini disambut baik oleh Sarwo Edhy, Direktur Buah dan Florikultura. Pada saat kunjungannya beberapa hari yang lalu di Kecamatan Bandungan Semarang, Sarwo menerangkan bahwa selain untuk memenuhi permintaan dalam negeri, alpukat juga berpotensi untuk ekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Berdasarkan angka BPS, ekspor alpukat pada tahun 2017 mencapai 108 ton. Sampai dengan bulan Oktober 2018 menjadi 151 ton atau meningkat 39,8% dengan negara tujuan ekspor Hongkong, Malaysia, Singapura, China, Kuwait dan Uni Emirat Arab”, tambahnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sarwo berharap pengembangan alpukat akan semakin meluas tidak hanya di kabupaten Semarang, namun juga di daerah lainnya seperti di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sampai dengan tahun 2018 ini Kementan telah memfasilitasi pengembangan kawasan alpukat di berbagai daerah sentra termasuk Semarang seluas 204 Hektar. Melihat antusiasme petani semakin meningkat dan peluang usaha menjanjikan, saya yakin ke depan alpukat akan menjadi salah satu buah unggulan yang dapat bersaing dengan buah-buahan impor”, tutupnya.(RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *