Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

01 March 2019

Budidaya Pisang Indonesia Menggiurkan, Nilai Ekspor 2018 Naik 70,4 Persen

Budidaya Pisang Indonesia Menggiurkan, Nilai Ekspor 2018 Naik 70,4 Persen
01 March 2019

Budidaya Pisang Indonesia Menggiurkan, Nilai Ekspor 2018 Naik 70,4 Persen

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengungkapkan budidaya pisang di Indonesia selama pemerintahan Jokowi-JK rupanya menunjukkan kinerja yang membanggakan dalam memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. Volume dan nilai ekspor pisang 2018 dibanding 2017 meningkat tajam.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melansir data BPS, volume pisang 2018 sebanyak 30.373 ton, naik 67% dari 2017 yang hanya 18.192 ton. Dari volume ini, nilai ekspornya mencapai Rp 204,54 miliar, naik 70,65% dibanding 2017 sebesar Rp 119,86 miliar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ini membuktikan, pengembangan budidaya pisang Indonesia semakin meluas dan produktif, menggiurkan dalam memberikan keuntungan besar. Tentu tidak hanya sekedar dilihat dari meluasnya dalam skala kecil atau kerakyatan, tapi dikembangkan dengan investasi yang cukup besar oleh beberapa perusahaan besar,” demikian diungkapkan Suwandi usai menjadi penguji disertasi mahasiswa Pascasarjana Universitas Brawijaya di Malang, Jumat (29/2). Adapun judul disertasi tersebut yakni Karakterisasi Biologi dan Molekuler Penyebab Penyakit Kerdil Pisang di Kabupaten Kutai Kertanegara yang disusun Surya Sila.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Suwandi menjelaskan dalam usaha budidaya pisang, investasi awal yang dibutuhkan senilai 32 juta per hektare. Sentra pengembangan pisang Indonesia sudah menjamur di banyak daerah. Bahkan budidaya pisang banyak dikembangkan perusahaan besar yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga diekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sentra pisang di Jawa Timur meliputi Kabupaten Lumajang, Malang. Kemudian Provinsi Lampung ada di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Barat, dan Pesawaran,” sebutnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Provinsi Jawa Barat pun merupakan sentra budidaya pisang, yaitu Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Tasik, Ciamis. Sentra pisang lainnya yakni Purbalingga, Kutai Timur, Deli Serdang, Majene dan Kabupaten Pidie.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Perusahaan besar yang kembangkan pisang di Indonesia adalah group Great Giant Pineaple di Lampung. PTPN VIII pun tanam pisang di Sukabumi,” ucap Suwandi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut Suwandi mengungkapkan luas panen pisang nasional mencapai 89.615 hektare, dalam 1 hektare terdapat 1.000 rumpun. Berdasarkan data statistik produksi hortikultura 2017 yang dirilis Direktorat Hortikultura 2018, produksi nasional 7,16 juta ton, dengan produktivitas rata-rata 79,93 ton per hektare.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dari luas total ini, luas serangan total OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan-red) pada tanaman pisang di Indonesia di tahun 2017 hanya 2.644 hektare dan di 2018 turun menjadi 2.299 hektar,” ungkapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Total serangan ini terdiri dari tingkat serangan ringan 70 persen, sedang 20 persen dan berat 10 persen,” sambung dia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Perlu diketahui, selain OPT utama pada tanaman pisang antara lain layu fusarium, layu bakteri, bercak sigatoka, ulat penggulung daun, disertasi ini fokus mengkaji virus kerdil pisang (Banana Bunchy Top Virus-red). Virus kerdil pisang ditularkan oleh serangga vektor Aphid Pentalonia nigronervosa. Tidak hanya di kebun budidaya, virus kerdil sudah menyerang pada pisang di hutan liar di lokasi riset. Meskipun total luas terserang virus kerdil itu 2 persen dari total serangan penyakit pisang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Walaupun virus kerdil ini baru ditemukan di Kabupaten Kutai Kertanegara, belum menyebar di kabupaten lain. Selama ini bagi kebun yang terserang, petani mengendalikan virus kerdil dengan mengendalikan serangga vektornya, pengendalian mekanis dan hayati termasuk dibantu dari predator Aphid.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sedangkan untuk pencegahan dengan cara kebun membuka secara steril, benih unggul bersertifikat, merawat kebun sesuai kaidah good agriculture practices, intinya adalah mencegah lebih baik dari mengobati,” pungkas Suwandi.(OBN)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *