Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

07 March 2019

Likuifaksi Lenyapkan Sawah di Sigi Dan Palu

Likuifaksi Lenyapkan Sawah di Sigi Dan Palu
07 March 2019

Likuifaksi Lenyapkan Sawah di Sigi Dan Palu

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Sawah yang dianggap lenyap atau hilang, sebenarnya sedang berubah bentuk, yaitu relief mikronya menjadi bergelombang lalu ada sebagian bahan tanah baru muncul karena sebagian tanah lama bergerak ke kiri, kanan, depan belakang, atau ke bawah, demikian kata Prof. Dedi Nursyamsi Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Pertanian di acara Focus Group Discussion Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Akibat Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala sore tadi di kantor BPTP Sulteng, di Sidondo, Sigi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dedi mengatakan bahwa likuifaksi ini membuat tata guna lahan berubah, seperti banyak lahan sawah yang tidak bisa disawahkan lagi atau berubah menjadi lahan kering. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan perubahan pengelolaan lahan pula, seperti penetapan komoditas yang ditanam, pengelolaan air irigasi, dan lain-lain, kata Dedi menambahkan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Betapa dahsyatnya likuifaksi yang terjadi di Palu dan Sigi bersamaan dengan musibah gempa berkekuatan 7,7 SR tanggal 28 September 2018 lalu. Likuifaksi atau banyak yang menyebut sebagai 'tanah bergerak' seperti bahan likuid merupakan fenomena dimana tanah (padat) menjadi seperti lumpur (cair) karena lepasnya ikatan antar partikel tanah akibat guncangan yang sangat kuat dari gempa dan kondisi jenuh air.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tim Survei Badan Litbang Pertanian melaporkan bahwa bencana gempa dan likuifaksi selain menyebabkan pemukiman, perkantoran, jalan, tenggelam, lahan pertanian juga mengalami kerusakan, bahkan diantaranya ada yang parah. Fenomena likuifaksi di palu dan sigi menyebabkan perubahan bentuk permukaan lahan, tidak dikenali lagi bentuk lahan asli karena pergerakan masa tanah ke berbagai arah bahkan ada bahan tanah yang hilang tertelan bumi dan ada pula bahan tanah baru berupa lumpur yang saat ini sudah kering.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ir Anny Mulyani MS peneliti Badan Litbang Pertanian mengatakan bahwa berdasarkan citra landsat spot 6, fenomena likuifaksi terjadi di: Balaroa dan Petobo (Kota Palu) serta Jono Oge dan Sibalaya (Sigi). Selanjutnya Anny mengatakan bahwa secara keseluruhan lahan yang mengalami likuifaksi parah di Petobo sekitar 180 ha, dimana 14,5 ha diantaranya sawah. Demikian pula di Jono Oge ada sekitar 204 ha mengalami likuifaksi dimana sekitar 106 ha berupa lahan sawah. (bs)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *