Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

10 February 2019

Buang Apel Apkir, Bakul di Malang Minta Maaf

Buang Apel Apkir, Bakul di Malang Minta Maaf
10 February 2019

Buang Apel Apkir, Bakul di Malang Minta Maaf

Pilarpertanian - Pilar Pertanian – Susilo, salah seorang bakul alias pedagang apel di Desa Tosari, Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang kini akhirnya meminta maaf kepada publik karena membuang apel apkir atau busuk dari gudangnya ke pinggir jalan. Permintaan maaf ini disampaikannya melalui surat pernyataan resmi, Minggu (10/2), selang beberapa saat setelah video membuang apel tersebut disebar ke media sosial.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Dengan ini menyesali perbuatan saya melakukan pembuangan apel dan saya upload ke jejaring sosial, saya mohon maaf ke petani, kepada pemerintah, kepada seluruh rakyat Indonesia. Saya berjanji tidak akan mengulangi membuang apel yang rusak,” demikian isi surat pernyataan permohonan maaf Susilo.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam surat permohonaan maaf tersebut, Susilo mengakui perbuatannya menjadikan ketersinggungan publik dan para petani lain, sehingga, siap menjalani proses hukum bila melanggar UU terkait menyampaikan pendapat di muka umum.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sebenarnya buah apel yang saya buang adalah yang tidak layak konsumsi dan tidak laku di pasaran. Saya khilaf bahwa buah sejenis itu bisa diolah menjadi kripik dodol, jus atau sejenisnya,” akuinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sekali lagi, saya minta maaf atas kejadian tidak etis dan tidak sopan ini,” pintanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ketua Asosiasi Apel Pasuruan dan Malang, Agus Abdullah menegaskan apel yang dibuang merupakan apel manalagi. Apel tersebut lama disimpan di gudang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Sehingga besem atau busuk. Saat ini harga apel baik, untuk grade-A Rp 10.000 per kg dan grade-B Rp 7.000 per kg,” tuturnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di tempat terpisah Dirjen Hortikultura Kementan Suwandi menjelaskan Malang dan Pasuruan merupakan daerah sentra apel. Di kawasan buah apel itu tumbuh usaha di hulu, onfarm, hilir hingga tata niaganya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Setidaknya ada tiga jenis apel yang dominan berkembang yaitu apel manalagi, apel ana dan rome beuaty,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Suwandi menyebutkan pihaknya telah menangani komoditas apel dari hulu hingga hilir, sehingga tumbuh berkembang. Hingga saat ini harga masih aman meskipun sedang musim mangga dan rambutan sebagai pilihan konsumsinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ini buah reject pun masih bisa diolah menjadi kripik, dodol, cuka apel, jus, konsentrat dan lainnya. Bahkan limbah pun bisa diolah menjadi kompos tanaman maupun pakan ternak,” sebutnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jangan dibuang-buang, tapi dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomi,” pintanya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Perlu diketahui, kejadian ini sebenarnya terulang dari petani cabai di Demak membuang cabai busuk di jalanan, pedagang buah naga di Banyuwangi membuang buah naga reject ke sungai dan pengojek sayur di Kerinci membuang kentang kecil dan kubis rusak tidak layak konsumsi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jangan sampai kejadian ini terulang lagi karena tidak mendidik publik dan tidak baik membuang rejeki nikmat dari Allah,” pungkas Suwandi.(RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *