Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

01 May 2019

Di Forum G20, Indonesia Serukan Dukungan Pertanian Global

Di Forum G20, Indonesia Serukan Dukungan Pertanian Global
01 May 2019

Di Forum G20, Indonesia Serukan Dukungan Pertanian Global

Pilarpertanian - Pilar Pertanian. – Pertemuan G20 Meeting of Agricultural Chief Scientists diselenggarakan pada tanggal 25-26 April 2019 di Tokyo, Jepang. Delegasi RI untuk Meeting of Agricultural Chief Scientists (G20 MACS), dipimpin oleh Kepala Balitbangtan Dr. Fadjri Djufry sebagai ketua Delegasi RI, Kepala Balai Penelitian Tanah, Dr. Husnain dan Kabag KSHOH Balitbangtan Ir. Erlita Adriani, MBA. Acara dibuka oleh Suichi Takatori, State Minister of Agriculture, Forestry and Fisheries, Jepang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam sambutannya Suichi Takatori menyampaikan bahwa kebutuhan pangan ke depan akan semakin bertambah, untuk itu riset sangat dibutuhkan terutama untuk menghadapi globalisasi dan perubahan iklim. Kerjasama riset sangat perlu dilakukan karena tidak ada satu negara pun didunia yang dapat bekerja sendiri dalam melakukan riset. Bertindak sebagai pimpinan sidang adalah Dr. Masa Iwanaga, President JIRCAS.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam pertemuan yang dihadiri oleh chief scientist terdiri dari Kepala Badan dan Direktur Riset serta peneliti Senior seluruh negara G20, negara undangan (Spain dan Netherland) dan organisasi internasional (CGIAR, GRA, FAO, CABI, CIMMYT, IPPC, IFPRI, World Bank) dibahas beberapa topik prioritas yaitu: Sustainable Soil Management, Climate Smart Agriculture, Transboundary Plant Pest, Agricultural Technology Sharing and Agroecosystem Living Labs (ALL).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry dalam sesi “ Agricultural Technology Sharing” menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki beberapa teknologi yang bisa diadopsi oleh negara-negara yang memiliki permasalahan yang hampir sama, seperti: Integrasi kalendar tanam dengan rekomendasi pemupukan dan serangan hama yang dibuat spesifik lokasi untuk setiap propinsi, integrasi tanaman dan ternak baik skala besar maupun kecil, pengelolaan untuk lahan rawa dan gambut, uji cepat tanah untuk petani, sejalan dengan Program FAO GSP tentang soil doctor, inventarisasi sumber GRK di tingkat kabupaten dan mempromosikan strategi mitigasi dan adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selain itu, Dr. Fadjry juga menyampaikan tanggapan terhadap transboundary plant pests bahwa wabah hama juga terkait dengan hama yang resisten, karena cara penggunaan pestisida/herbisida yang tidak tepat. “Mungkin kita perlu memperluas jaringan untuk berbagi informasi tentang hama tanaman lintas batas ini, misalnya; pestisida memungkinkan atau tidak diizinkan untuk digunakan di wilayah yang berbeda, dan kami sangat mendukung untuk membangun sistem informasi untuk pemantauan masalah ini” imbuh Dr. Fadjry.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hari kedua G 20 sidang membahas tema Climate Change dan Climate Smart Agriculture. Bertindak sebagai Delri Dr. Husnain menyampaikan bahwa target Indonesia menurunkan emisi secara voluntary hingga 26% di 2020 dan 29% di 2030, memerlukan effort yang tinggi. Untuk itu Indonesia telah melakukan berbagai upaya antisipasi perubahan iklim dengan upaya mitigasi dan adaptasi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Beberapa teknologi adaptasi dan atau mitigasi yang diusulkan adalah: Pengelolaan bahan organik tanah (carbon stock) termasuk pemanfaatan biochar; Peningkatan kualitas pakan ternak, Pengembangan berbagai varietas adaptif terhadap kekeringan, banjir, salin, dll; Integrasi ternak dan tanaman khusus untuk kelapa sawit dan karet serta tanaman lainnya; dan Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan bahwa Indonesia sebagai host country dalam event terbesar dan penting terkait Climate Smart Agricuture Conference kerjasama IAARD dan GRA, pada 8-10 Oktober di Bali. Pertemuan diakhiri dengan beberapa kesepakatan yang telah disetujui oleh semua negara anggota.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tantangan pertanian ke depan adalah menyediakan makanan sehat untuk populasi dunia yang berkembang, mengurangi kehilangan dan limbah pangan, meningkatkan produktivitas di bawah kondisi iklim dan ekonomi yang berubah, melindungi keanekaragaman hayati, menggunakan berbagai sumber daya genetik, memastikan akses ke data dan inovasi teknologi untuk semua petani di seluruh dunia, memerangi penyebaran global hama dan penyakit: Tantangan semacam itu tidak dapat diatasi oleh hanya satu negara sendirian, tetapi kerjasama antar negara dan lembaga diperlukan untuk kemajuan agar diperoleh dampak nyata.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Oleh karena itu negara-negara G20 memutuskan untuk membuka jalan baru dalam mengembangkan strategi penelitian pertanian bersama serta dalam menerapkan format kerjasama baru.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dalam pertemuan tersebut telah disepakati juga untuk mengadakan pertemuan terkait perubahan iklim oleh semua negara anggota G20 di Jepang setelah acara di Bali, Indonesia.(DYN)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *