Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

25 October 2018

e-commerce TTI : Menjawab Tantangan Era Digital Distribusi Pangan

e-commerce TTI : Menjawab Tantangan Era Digital Distribusi Pangan
25 October 2018

e-commerce TTI : Menjawab Tantangan Era Digital Distribusi Pangan

Pilarpertanian - Pilar – Pengendalian harga pangan masih menjadi perhatian khusus bagi pemerintah dalam pembangunan ekonomi pertanian saat ini. Berbagai hal penyebab terjadinya fluktuasi harga dan pasokan pangan seperti: ketidakseimbangan supply-demand, terhambatnya saluran distribusi pangan, hingga adanya penimbunan/penahanan bahan pangan yang ditemukan aparat penegak hukum.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Belum lagi panjangnya rantai pasok dari produsen hingga konsumen menambah deretan permasalahan tentang distribusi pangan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Secara umum tata niaga pangan di Indonesia ini sangat panjang,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi di ruang kerjanya, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Panjangnya pelaku tata niaga pangan menurut Agung, membuat konsumen harus menerima harga akumulasi dari marjin keuntungan yang diperoleh dari pelaku rantai pasok.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Melihat permasalahan tersebut, sejak tahun 2016 hingga kini kami kembangkan Toko Tani Indonesia (TTI) untuk mengendalikan pasokan dan harga pangan,” tegas Agung. Kegiatan ini bertujuan (1) mendukung stabilisasi pasokan dan harga pangan; (2) menyerap produk pertanian nasional khususnya bahan pangan pokok dan strategis; dan (3) memberikan kemudahan akses dan meningkatkan daya beli masyarakat terhadap bahan pangan pokok dan strategis.. Singkatnya petani disisi produsen memperoleh perlindungan dengan adanya jaminan pasar dan disisi konsumen mendapat kemudahan aksesbilitas pangan dengan harga yang terjangkau.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Secara operasional, kegiatan ini melibatkan produk petani yang dibeli oleh Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) dengan harga yang wajar, kemudian disortasi, dikemas, dan distribusi langsung menjadi beras segar ke pedagang TTI yang berlokasi di pasar atau daerah konsumen utamanya yang menjadi barometer fluktuasi harga dan pasokan komoditas pangan pokok dan strategis dengan harga dibawah harga eceran tertinggi/harga pasar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jadi, petani yang tergabung dalam Gapoktan diajak menjalankan usaha perberasan dengan pola korporasi petani, sehingga petani selain berbudidaya padi juga menjalankan manajemen korporasi ala petani melalui Gapoktan,” jelas Agung.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dijelaskan Agung, strategi yang dilakukan adalah mengendalikan pasokan menjadi 3-4 pelaku yaitu petani, Gapoktan, TTI, dan konsumen.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Model bisnis TTI yang tersebar di 31 provinsi saat ini masih fokus pada komoditas beras, cabai merah, dan bawang merah yang kedepannya dapat berkembang menjadi bahan pangan lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Beras menjadi alasan utama untuk dipasarkan, karena setiap hari hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengkonsumsi pangan pokok ini,” tambah Agung.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Secara umum kegiatan TTI mendapat sambutan hangat dari masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah karena beras yang dijual ke konsumen relatif terjangkau dan berkualitas yaitu di kisaran Rp 8.500-8.800/kg di seluruh Indonesia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari kegiatan TTI ini telah melibatkan 1.399 Gapoktan sebagai pemasok bahan pangan, yang didalamnya terlibat 125.910 petani dan 3.655 TTI sebagai outlet dalam memasarkan produk petani.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
e-commerce TTI
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Guna menjawab tantangan di era digital dan perdagangan e-commerce, dan memudahkan aksesibilitas masyarakat terutama perkotaan di wilayah Jabodetabek dalam memperoleh pangan hingga di tempat, pada awal tahun 2018 telah dikembangkan aplikasi e-commerce TTI.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tujuan pengembangan aplikasi ecommerce adalah efisiensi pengelolaan distribusi beras, meningkatkan kapasitas kontinuitas pasokan pangan melalui TTi, memudahkan pembangunan data base (pola panen & pola konsumsi) dan ke depan akan dikembangkan lebih luas dengan melibatkan langsung masyarakat sebagai konsumen akhir.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dibandingkan dengan transaksi konvensional, transaksi e-commerce memberikan beberapa kemudahan dilihat dari proses pemesanan lebih cepat, pasokan beras lebih terjamin, validitas data lebih akurat serta terinformasinya lokasi TTI yang dapat diakses masyarakat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melalui layanan online berbasis aplikasi ini, TTI sebagai outlet dapat memesan beras segar langsung kepada Gapoktan. Meskipun belum sampai setahun, antusias Gapoktan dan TTI di Jabodetabek untuk menggunakan e-commerce TTI cukup pesat, tercatat sebanyak 291 Gapoktan dan 1.140 TTI ikut dalam e-commerce, dengan transaksi penjualan beras segar mencapai Rp 7,23 Milyar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebagai layanan perdagangan barbasis online, sistem e-commerce TTI setidaknya berisikan tentang berbagai hal kegiatan TTI mulai dari informasi lokasi gapoktan pemasok dan TTI di Jabodetabek, transaksi Gapoktan kepada TTI, transaksi harga di tingkat TTI, dan lain sebagainya, bahkan kedepan informasi tersebut bisa dijadikan business market intelligent.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada akhirnya, terobosan pemerintah melalui kegiatan TTI secara e-commerce ini merupakan salah satu instrumen pokok dari kebijakan stabilisasi harga pangan nasional yang saling berkolaborasi dengan kegiatan stabilisasi harga pangan lainnya, yang dalam jangka panjang menjadi solusi permanen dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *