Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

08 February 2019

Gaet Durian Mania, Kementan Optimis Durian Lokal Semakin Bersaing di Pasar Ekspor

Gaet Durian Mania, Kementan Optimis Durian Lokal Semakin Bersaing di Pasar Ekspor
08 February 2019

Gaet Durian Mania, Kementan Optimis Durian Lokal Semakin Bersaing di Pasar Ekspor

Pilarpertanian - Pilar – Kementerian Pertanian (Kementan) optimis durian lokal mampu bersaing dengan durian negara lainnya di pasar ekspor. Indikatornya yakni berdasarkan data BPS, bila sebelum neraca perdagangan durian defisit, maka tahun 2018 Indonesia sudah surplus 700 ton, sehingga ekspornya jauh lebih banyak dari pada impor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Durian lokal sudah tembus ke pasar manca negara seperti Hongkong, China, Malaysia, Vietnam, Timur Tengah dan lainnya. Bahkan ekspornya semakin meningkat,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi dalam acara panen dan pesta durian bersama durian mania di Trawas, Mojokerto, Jumat (8/2/2019).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Acara ini diselenggarakan pecinta durian yang tergabung dalam Yayasan Durian Nusantara, berlangsung pada tanggal 7 sampai 8 Februari 2019. Anggota yayasan ini terdiri dari pecinta durian yang memiliki kebun durian dari berbagai provinsi, yakni hadir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali bahkan ada dari Taiwan dan Anthoine pehobi durian dari Perancis.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Suwandi, indikator lainnya durian lokal akan semakin bersaing di pasar ekspor yakni para durian mania yang tergabung dalam Yayasan Durian Nunsantara berkumpul guna membahas upaya-upaya mengembangkan buah durian lokal yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Berbagai jenis durian lokal antara lain durian Bido, Matahari, D 168, Bawor, Pelangi, Srombut, Petruk, Pelangi, Madu Racun, Bangau dan jenis lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kami harapkan, melalui acara ini, para durian mania yang tergabung di Yayasan Durian Nusantara dapat mengelola durian lokal dengan baik sehingga berkelas dan bersaing dengan durian negara lain,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Lebih lanjut Suwandi menjelaskan langkah nyata dalam mengelola durian lokal agar kualitasnya bersaing dengan durian negara lain yakni di setiap daerah harus memiliki durian khas setempat sebagai ikon dan dikelola secara profesional. Daerah harus membangun kebun durian percontohan dan mampu memasok ke supermarket maupun ekspor.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Contohnya kebun durian bisa dikemas secara rapih dan dapat dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata seperti yang sukses di Warso Farm Cijeruk Bogor dan salah satu anggota Yayasan Durian Nusantara, Pak Tirto Santoso memiliki kebun durian 10 hektar di Trawas, sebagai objek wisata,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Jadi, kami berharap Yayasan Durian Nusantara terus meningkatkan kinerjanya dan menjadi barometer bagi perkembangan durian nusantara. Berbagai pengalaman yang dimiliki anggota yayasan ini disebarluaskan ke masyarakat sekitar,” imbuhnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu Direktur Yayasan Durian Nusantara, Muhamad Reza Tirtawinata mengatakan Indonesia memiliki potensi durian lokal yang luar biasa, sedikitnya ada 13 jenis. Di antaranya yang favorit adalah durian Pelangi dari Manokwari, Super Tembaga dari Bangka, Srombut, Tembaga Mini dan Tigger Borneo 88 dari Kalbar, Sunrise of Jawa, durian merah dari Banyuwangi, Matahari dari Bogor, Gundulan dan Sipakem dari Narmada, NTB
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ada beberapa tipe pengelolaan di antaranya dikelola karena hobby, keperluan riset, maupun komersial baik skala kecil maupun estate atau orchad,” ujar Reza.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sebagai ilustrasi, sebut Reza, untuk analisis pola top working pohon durian bagi 100 pohon pada lahan satu hektar, dimana pada tahun 1 sampai 2 tanaman vegetatif belum menghasilkan, sedangkan tahun ketiga sudah menghasilkan 10 kg perpohon senilai Rp 40 juta pertahun. Selanjutnya setiap meningkat pada tahun kelima 80 kg perpohon senilai 320 juta dan tahun kedelapan sudah menghasilkan Rp 800 juta.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Bila Thailand dikenal durian Chanee, Montong dan Kan Yao, Malaysia dikenal durian D24, Musangking dan ke depan favorit Ochee, maka Indonesia favorit dengan durian Petruk, Matahari dan kedepan favorit durian Pelangi,” sebutnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu, Tirto Santoso salah satu pekebun durian mengatakan hingga saat ini telah mengembangkan berbagai durian lokal dan Montong sejak 20 tahun yang lalu pada lahan ketinggian 650 m dpl. Kemudian menanam juga durian jenis Musangking, Ochee dan D24 sudah berumur 6 tahun, hasilnya bagus dan terserap oleh pasar dan mitra.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Harga pun kompetitif kelas supermarket. Misal Ochee Rp 300 ribu perkg, Musangking Rp 200 ribu perkg dan Matahari Rp 90 ribu perkg,” jelas Tirto, pemilik kebun duren seluas 10 hektar di Desa Belik, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pemerhati durian nusantara dari Jayapura, Karim Aristides mengungkapkan sangat senang sekali sekarang banyak tumbuh kebun-kebun durian lokal. Kebun durian tersebar di Kalbar, Kaltim, Kaltara, Babel, Lampung, dan daerah lainnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Saya sangat bangga, Indonesia perkembangan budidaya atau kebun durian begitu banyak di daerah. Durian lokal pun punya kualiatas yang bagus,” ucapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Masih dalam acara yang sama, penikmat durian Perancis dan sekaligus Chief International, Anthoine mengatakan dulu ketika di Thailand tidak suka makan durian. Namun setelah berada di Indonesia saat ini justru suka makan durian lokal.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Ya ini karena rasanya lebih beraroma kuat dan menggoda. Rasanya mantap, enak,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Selanjutnya Director General Taipei Economic and Trade Office dari Taiwan, Benson D.S. Lin menuturkan pihaknya saat ini tengah menjajaki kerjasama bisnis buah dan sayuran dengan Indonesia. “Beberapa komoditas pertanian dari Indonesia sudah masuk ke Taiwan,” tuturnya.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *