Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

11 December 2018

Indonesia sebagai Produsen Kakao Dunia Bukan Mimpi

Indonesia sebagai Produsen Kakao Dunia Bukan Mimpi
11 December 2018

Indonesia sebagai Produsen Kakao Dunia Bukan Mimpi

Pilarpertanian - Pilar – Hasil riset Peneliti Kementerian Pertanian menawarkan solusi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas biji kakao Indonesia. Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu dari 16 komoditas perkebunan unggulan yang menjadi fokus pengembangan perkebunan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Luas lahan kakao di Indonesia sekitar 1,7 juta hektar dengan produksi hanya 637.918 ton. Selain kurang optimalnya angka produktivitas, mutu biji kakao yang dihasilkan tergolong rendah di pasaran dunia karena pada umumnya berupa biji kering tanpa fermentasi. Upaya untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan menanam varietas unggul di lapang.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Persoalannya, untuk dapat menghasilkan varietas unggul kakao secara konvensional memerlukan waktu yang lama, sekitar 25-30 tahun. Karena itu upaya percepatan proses pemuliaan terus dilakukan, dan salah satu peluang ke arah itu melalui penggunaan Marka Molekuler”, ujar Prof. Dr. Rubiyo, MSi, saat menyamppaikan orasi ilmiah di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Selasa 11 Desember 2018.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Rubiyo mengungkapkan, Marka Molekuler mampu memfasilitasi percepatan pengembangan varietas unggul baru kakao jika dikombinasikan dengan pemuliaan. Penggunaan Marka Molekuler telah dimulai sejak 2017 lalu, dan diarahkan pada upaya penciptaan varietas unggul dengan produktivitas tinggi, tahan terhadap hama PBK dan penyakit VSD serta BBK.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hasilnya varietas beradar lemak di atas 55 persen, dan bobot 1 biji kering di atas 1 gram. “Bila pola ini terus dikembangkan maka penyediaan varietas unggul akan dapat cepat terpenuhi.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Upaya Indonesia untuk menjadi produsen utama kakao dunia bukanlah mimpi”, jelas Rubiyo daam orsi ilmiah berjudul “Perakitan Varietas Kakao Unggul Mendukung Ekspor dan Daya Saing Kakao Indonesia”.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Bila lahan untuk budidaya kakao bisa ditingkatkan sampai 2 juta hektar, lalu diimbangi dengan penyediaan varietas unggul dengan produktivitas minimal 1.000 kg per hektar per tahun, akan meningkatkan produksi kakao nasional menjadi 2 juta ton.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Produksi tersebut akan membuat Indonesia menjadi penghasil kakao nomer satu di dunia dibandingkan dengan Ghana 897.000 ton dan Pantai Gading 1.746.000 ton”, pungkas nya optimistis.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Temuan ini sekaligus akan menjadi jawaban dari persoalan industri hilir kakao nasional, yang belakangan terpaksa mengandalkan bahan baku impor karena minimnya pasokan biji kakao di pasar domestik.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Dari Riset Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada kesempatan yang sama Prof. Dr. Ahsol Hasyim, MS. juga menyampaikan orasi ilmiah dengan judul “Inovasi Teknologi Pengendalian Hama Ramah Lingkungan Pada Tanaman Buah dan Sayuran”.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Ahsol Hasyim banyak mengungkapkan kiprahnya dalam pengembangan Pengendalian Hama Terpadu Ramah Lingkungan (PHT-RL) yang telah diimplementasikan pada tanaman buah dan sayuran. Paparan lainnya disampaikan Prof. Dr. Gunawan, MS. dengan orasi berjudul “Inovasi Teknologi Pengolahan Hijauan Pakan Ternak Dan Pakan Tambahan Pada Sapi Potong Untuk Mendukung Swasembada Daging”.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Gunawan mengungkapkan pengembangan berbagai teknologi pengolahan hijauan pakan ternak, yang mampu meningkatkan nutrisi pakan dan sekaligus dapat digunakan sebagai cadangan pakan pada musim kemarau.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Kepala Badan Pengembangan Penyuluhan dan Sumberdaya Manusia Pertanian (PPSDMP) Dr Ir Momon Rusmono, mengapresiasi gagasan ketiga profesor ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Untuk itu Mentan meminta ketiganya berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR), dan menindaklanjuti gagasan mereka, melalui beberapa penugasan yang disampaikan pada akhir acara Orasi ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Menurut Amran, sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Hasil penelitian ini telah diterapkan dan berkembang, sehingga akan mendukung target Indonesia menjadi lumbung pangan 2045. Temuan ketiga Profesor riset ini juga memberikan nilai tambah untuk petani dan memberikan kesejahteraan masyarakat luas” kata Momon saat ditemui usai Orasi Ilmiah. (RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *