Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

11 December 2018

Kementan Optimis Komoditas Biofarmaka Prospek untuk Herbal dan Ekspor

Kementan Optimis Komoditas Biofarmaka Prospek untuk Herbal dan Ekspor
11 December 2018

Kementan Optimis Komoditas Biofarmaka Prospek untuk Herbal dan Ekspor

Pilarpertanian - Pilar – Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi optimis prospek bisnis biofarmaka atau tanaman obat bakal menjadi primadona bagi generasi milenial. Pasalnya, tidak hanya untuk obat herbat, tetapi juga sebagai peluang bisnis ekspor yang menjanjikan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Biofarmaka ini ada 14 komoditas jenis rimpang yakni jahe, kunyit, lengkuas, lempuyang, temu lawak, temu kunci, temu ireng dan dlingo yang sangat diminati dan pasarnya bagus. Permintaan ekspor jahe dan kunyit sangat tinggi. Masih ada lagi 52 komoditas jenis non rimpang, seperti kapulaga, mengkudu, sambiloto, mahkuto dewa, lidah buaya, dan lainnya,” demikian dikemukakan Suwandi saat menjadi pembicara dan kuliah umum dihadapan 175 lebih mahasiswa dan civitas akademik Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang, Selasa (11/12).
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Minat generasi muda dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa Polbangtan Yogyakarta ikut bidang studi agribisnis biofarmaka 35 orang. Petani biofarmaka di banyak daerah sangat senang karena permintaan pasar tinggi,”sambung Dirjen termuda di lingkup Kementan ini.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di sisi lain Suwandi menekankan transformasi yang dilakukan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yakni merubah dulu STPP kini menjadi Polbangtan dimaksudkan untuk mencetak regenerasi muda untuk berbisnis pertanian termasuk biofarmaka berkelas dunia. Mampu menjadi wirausaha muda tangguh untuk menggerakkan roda ekonomi di sekitar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Seluruh aktivitas usaha biofarmaka mulai hulu hingga hilir sangat menantang untuk dikembangkan pemuda generasi milenial. Bahkan, bisnis industri hilir jahe, kunyit, lengkuas hingga tata niaga dan ekspor sangat menjanjikan,”tegasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Suwandi mengungkapkan tahun 2018, ekspor tanaman obat seperti jahe 2.000 ton, saffron 1.000 ton, turmeric 7.000 ton, kapulaga 6.000 ton dan tanaman biofarmaka lainnya 1.000 ton. Selama ini bisnis biofarmaka lebih maju seiring berkembangkan industri herbal dan gaya hidup back to nature.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Produk tanaman obat ini sebagai pemasok untuk industri herbal, rumah sakit herbal, salon kecantikan, bahan kosmetik, spa, dan lainnya. Kuncinya di teknologi pengolahan, manajemen industri, pengemasan dan jejaring marketingnya,”ungkapnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu, Direktur Polbangtan Yogyakarta-Magelang, Rajiman mengatakan pada tahun ini menerima mahasiswa 175 orang dibagi menurut program studi. Mahasiswa dididik tidak hanya teori, tetapi lebih banyak praktek, kemampuan manajerial termasuk disiplin dan leadership.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Mereka dididik ketat dan masuk asrama, tidur jam 11 malam dan bangun jam 3. Pada hari tertentu wajib berbahasa inggris dan juga rutin ada materi keagamaan. Praktek dengan bobot 70 persen. Diharapkan mereka nanti akan menjadi wirausaha yang tangguh dan berkelas dunia,” kata dia.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Di tempat terpisah, Jati Kuswardono, eksportir dari Yogyakarta mengatakan ekspor jahe gajah dan jahe emprit ke Bangladesh sekitar 300 ton per tahun. Pasokan diperoleh dari petani di Cianjur, Sukabumi, Banjarnegara, Ponorogo dengan harga jahe gajah di petani berkisar Rp 4.500 hingga 7.000 per kg dan jahe emprit Rp 9.000 hingga 12.000 perkg. Permintaan ekspor sangat tinggi, justru pasokan masih kurang dan agar kualitasnya masuk grade.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Selain ekspor jahe, kita juga ekspor kentang granula ke Singapura, ekspor kemiri ke China. Juga ekspor sayuran baby buncis dari Wonosobo, Magelang, Semarang ke Singapura via Bandara Yogyakarta,”sebutnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Hal yang sama diungkapkan Igbal, pelaku eksportir. Dia mengatakan ekspor terbesar ke Bangladesh, pasokan berasal dari Sukabumi, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Pacitan dengan harga di petani berkisar Rp 6.000 sampai 7.000 perkg.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Kunyit juga permintaan tinggi. Selain pasar Bangladesh dan Jepang, jahe juga dipasarkan ke Belanda,”ujarnya.(RS).

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *