Pilar Pertanian

Berita Pertanian Aktual

19 November 2018

Peduli Terhadap Bahaya Resistensi Antimikroba, Kementan-FAO Ajak Masyarakat Kendalikan Penggunaannya

Peduli Terhadap Bahaya Resistensi Antimikroba, Kementan-FAO  Ajak Masyarakat Kendalikan Penggunaannya
19 November 2018

Peduli Terhadap Bahaya Resistensi Antimikroba, Kementan-FAO Ajak Masyarakat Kendalikan Penggunaannya

Pilarpertanian - Pilar – Peduli terhadap bahaya resistensi antimikroba, Kementerian Pertanian bersama Badan Pangan Dunia (FAO) mengajak masyarakat untuk ikut serta mengendalikan penggunaannya, seperti antibiotik. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Kementerian Pertanian Syamsul Ma'arif di depan warga Surabaya yang menghadiri Festival Pekan Kesadaran Antibiotik (World Antibiotik Awareness Week /WAAW) yang berlangsung di Kampus Universitas Airlangga, Surabaya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Resistensi antibiotik ini sudah menjadi masalah Global”, kata Syamsul Ma’arif. “Seluruh dunia sedang bahu-membahu mengendalikan laju pemakaian obat-obatan yang tidak mampu lagi membunuh kuman, karena kuman kebal akibat penggunaan yang tidak sesuai petunjuknya,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Indonesia, menurut Syamsul, termasuk salah satu negara yang mulai peduli dalam upaya menangani pengendalian penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Ia katakan bahwa jika semua pihak berkolaborasi, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk mengawal penggunaan antibiotik yang bertanggungjawab, maka laju resistensi antibiotik bisa ditekan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Karena sebenarnya resistensi antibiotik itu peristiwa alami, memang terjadi. “Hanya saja bagaimana caranya agar laju resentensi tersebut bisa kita kendalikan,” jelasnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Pada Pekan Kesadaran Antibiotik Sedunia yang jatuh pada tanggal 12-18 November 2018, Kementerian Pertanian bersama FAO berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti Kemenko Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Komisi Pengendalian Resistensi Antimikorba (KPRA) Kementerian Kesehatan, Yayasan Orang Tua Peduli dan pihak-pihak lainnya menyelenggarakan sejumlah kegiatan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mulai dari Sarasehan Peternak untuk meningkatkan pemahaman para peternak sebagai pengguna antibiotik tentang bahaya AMR, Kuliah Umum dan Talkshow serta seminar di berbagai kota di Indonesia, selain itu untuk mengedukasi anak anak akan bahaya resistensi juga digelar lomba menggambar.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Sementara itu, Musafir, warga Kediri yang hadir pada puncak perayaan Pekan Kesadaran Antibiotik mengatakan, sangat mendukung upaya pemerintah melakukan kampanye penyadaran masyarakat akan bahaya antibiotik jika tidak digunakan secara tepat.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Tapi kalau bisa, kampanye seperti ini bisa diadakan hingga ke pelosok-pelosok perumahan. Karena saya mengalai sendiri, kalau sakit pilek langsung di kasih antibiotik,” ujarnya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Seperti di Surabaya, di Lampung, Wakil Walikota Metro, Lampung Djohan, bersama dengan perwakilan dari Kementerian Pertanian dan FAO ECTAD serta Pinsar Petelur Nasional Provinsi Lampung juga menandatangani komitmen bersama gerakan pangan asal unggas bebas residu antibiotik. Penandatangan komitmen tersebut disaksikan unsur forum kepemimpinan daerah Kota Metro.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Mendengar pengalaman masyarakat ini, Syamsul mengatakan, jika sakit, kalau memang tidak terlalu membutuhkan obat antibotik, sebaiknya masyarakat tidak perlu sampai mengonsumsinya.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
Melalui peringatan pekan kesadaran antibiotik sedunia Tahun 2018, Syamsul mengimbau semua pihak berkolaborasi, berkoordinasi dan berkomunikasi untuk mengawal penggunaan antibiotik yang bertanggungjawab, sehingga laju resistensi antibiotik bisa ditekan.
Baca Selengkapnya di Pilarpertanian.com
“Tantangan dalam memerangi laju resistensi antimikroba dan mengendalikan penyakit infeksi baru harus dipandang sebagai kewajiban dan tanggung jawab kita semua, karena itu semua pihak harus senantiasa berupaya menjaga agar efektivitas antimikroba tetap memberikan manfaat bagi kehidupan secara lestari dengan menggunakannya secara bijak, cerdas dan bertanggungjawab”, tutupnya.(RS)

Redaksi dan Informasi pemasangan iklan

Artikel Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *